Ticker

6/recent/ticker-posts

Dikasih Bungkusan Ulubelu Coffee Special dari Lampung

Ulubelu Coffee Special Lampung
Ulubelu Coffee Special Lampung

Selama pandemi, stok kopi saya tidak pernah habis. Terakhir membeli kopi beberapa bulan yang lalu, kalau tidak salah saat kopi Rangkiang Kaum. Setealh itu, saya mendapatkan tiga bukung kopi dari orang yang berbeda. Dua dari Lampung, satu dari Toraja.

Berhubung ada stok kopi lumayan banyak, akhirnya saya membagi kopi tersebut di beberapa tempat. Satu Toraja dan Lampung, saya taruh di kantor. Satu lagi yang bubuk dari Lampung saya buat stok di kosan. Mumpung stok di kosan sudah tinggal sedikit.

Kopi Lampung yang hendak say aulas kali ini adalah Ulubelu Coffee, kopi bubuk robusta dengan kemasan berwarna merah marun. Pada bagian kemasan depan sudah ada logo kopinya. Selain itu, di bagian bawah terdapat website yang mengarah ke tautan Ulubelu.

Saya pun iseng mengulik kopi kemasan yang dihadiahkan oleh kawan. Di sini bertuliskan Ulubelu Coffee Special Original. Bungkusan ini ukuran beratnya 100 gram. Untuk harganya, satu bungkus sebesar 15.000 rupiah. Murah juga kalau di Lampung.

Kopi sudah sampai di Jogja, saya pun langsung mencoba rasanya. Jika kopi dari Toraja itu natural, sehingga agak asam saat diseduh, bagaimana dengan kopi ini? Seperti biasa, saya menyeduh kopi menambahkan sedikit gula dengan metode tubruk.

Air panas menentukan ampas kopi yang ada di permukaan. Saat diseduh, tetap ada ampas kopi yang terapung. Sehingga saya sengaja menutup gelas sebelum menyesap. Menunggu sampai ampas turun semuanya.
Menyesap kopi Lampung kiriman kolega
Menyesap kopi Lampung kiriman kolega

Warna kopi tidak benar-benar gelap, agak bening sedikit. Berbeda dengan beberapa kopi bubuk yang sempat saya sesap. Ada yang benar-benar gelap dan agak kepahitan rasanya. Kopi robusta ini cenderung tidak terlalu gelap.

Hal ini mungkin juga berpengaruh dari hasil penggilingannya. Bubuk kopi dari Ulubelu Coffee ini menurutku tidak yang paling halus. Tapi, tetap bisa diseduh seperti menyesap kopi anak kos. Tidak jadi masalah. Toh bubuk kopinya mengendap.

Ketika diseduh, rasa kopi ini seperti biasa. Ada sedikit sensasi pahit, tapi tercampur dengan gula yang manis. Sehingga rasa pahitnya larut. Mungkin yang perlu diketahui, setelah menyesap kopi ada sedikit sensasi asam pada lidah.

Tidak semua kopi mempunyai sensasi yang sama, sehingga kita harus peka bagaimana jenis dan rasa kopi ini ketika diseduh dan setelahnya. Saya pribadi bukan orang yang harus mematok rasa seperti keinginan, tapi lebih menikmati sensasi yang ada pada kopi tersebut.

Terus terang, 100 gram kopi ini cepat habis. Setiap hari saya pasti menyeduh kopi, membatasi diri sehari satu gelas. Bagi saya pribadi, kopi dari Ulubelu ini cocok untuk anak kos yang doyan mengopi dengan tambahan gula.

Kali ini selama bekerja di kantor, kopi dri kawan ini jadi teman bekerja. Secara bergantian dengan kopi dari Toraja. Masih ada satu bungkus kopi Lampung yang tampilannya lebih sederhana. Saya yakin, kopi ini tak kalah enak saat diseduh.

Posting Komentar

0 Komentar