Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Rantai Tak Putus Karya Dee Lestari

Buku Rantai Tak Putus Karya Dee Lestari
Buku Rantai Tak Putus Karya Dee Lestari

Rantai Tak Putus menjadi penutup tulisan di buku Dee Lestari. Judul tulisan itupun yang kita baca pada sampul buku berwarna biru langit terbitan Bentang Pustaka. Sejak buku ini diantar kurir siang hari, saya langsung membacanya di hari yang sama hingga tuntas. 

Jauh sebelum mengulas terbitan terbaru Dee Lestari. Setidaknya saya pernah mengulas karya beliau yang lainnya berjudul Aroma Karsa. Untuk sesaat, saya tunda ajakan kawan mengopi di kafe. Saya ingin mengikuti kisah Dee Lestari melalui bacaan buku ini. 

***** 

Judul: Rantai Tak Putus 

Karya: Dee Lestari 

Penerbit: Bentang Pustaka 

ISBN: 978-602-291-724-3 

Tahun Terbit: 2020 

Kategori: Filsafat Kehidupan, Non Fiksi 


Ilmu Mumpuni Merawat UMKM Indonesia 

Geliat UMKM di Indonesia pada dasarnya sudah pada jalur yang tepat. Berbagai hasil olahan masyarakat setempat sering kita lihat pada setiap pameran UMKM yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait, ragam olahan pangan ataupun hasil tenun tertata rapi. 

Melalui kisah-kisah para tokoh yang didatangi penulis, buku ini mengajak kita berselancar melalui imajinasi untuk turut hadir di tiap sudut tempat yang ada di tulisan. Membayangkan telinga ini mendengarkan desingan mesin berat di Waru, hingga siraman air di tengah Kalimantan. 

Dee Lestari menyajikan kisah sedikit para pejuang UMKM yang dibina yayasan. Bagaimana mengetahui kisah awal membangun, perjuangan berat sepanjang perjalanan, hingga menuai hasil yang membanggakan. 

Kisah-kisah yang tak hanya bisa penuh rasa manis. Setiap perjuangan berliku, selalu ada tantangan yang membuat orang tersebut makin dewasa dalam mengambil keputusan. Menjadi lebih paham apa saja yang harus dilakukan. 

Kerja keras para UMKM di Indonesia tak bisa jalan sendirian. Harus ada pihak lain yang membantu. Bantuan tak semuanya menggunakan uang. Bantuan ini jauh lebih pada bimbingan, pengarahan, ilmu, dan pastinya ada formula agar UMKM di Indonesia lebih baik. 

“Hidup kita dikelilingi dan digerakkan oleh UMKM. Tak berlebihkan jika muncul ungkapan bahwa “UMKM adalah kita” – halaman 19” 

“Passion kalau tidak dikelola dengan baik, akan sulit maju. Passion digabungkan dengan profesionalisme, baru dua jempol – halaman 97” 

“Kami harus bertahan meski belum untung. Keberhasilan ini akan dinikmati satu desa. Bukan saya sendiri. Semangat kami adalah maju bersama – halamam 129” 

“Ilmu adalah kontrol yang mampu mengangkat UMKM untuk naik kelas, mandiri, dan maju – halaman 191” 

***** 
Membaca buku dan menyesap kopi
Membaca buku dan menyesap kopi

Halaman demi halaman saya membaca buku Rantai Tak Putus karya Dee Lestari. Sudah disinggung sejak awal, buku ini menceritakan geliat UMKM Indonesia. Bagaimana sebenarnya pangsa dan kehadiran UMKM di Indonesia untuk perekonomian masyarakat. 

Berbagai kisah yang dituturkan penulis membuka mata para pejuang UMKM di berbagai tempat. Mulai mereka yang ada di perkampungan hingga tengah kota besar. Formula yang ada pada buku ini bisa diterapkan, disesuaikan dengan kondisi daerahnya. 

Setiap pegiat UMKM sudah biasa hidup layaknya roda yang terus berputar. Ada masanya di bawah, atau melenggang di puncak. Semuanya harus disikapi dengan baik. Pegiat UMKM harus mempersiapkan diri dengan manajemen yang baik. Sumber daya manusia serta potensi daerahnya. 

Selain tentang kisah para sosok pelaku UMKM, di buku ini juga ada ulasan terkait mekanisme untuk menjadi lebih baik ketika mengelola suatu bisnis UMKM. Bahasa-bahasa yang mungkin rumit, dijabarkan Dee Lestari dengan mudah dan enak dibaca. 

Paling mendasar adalah komitmen untuk tetap haus ilmu. Menerima masukan dari setiap orang, serta menjaga hubungan yang lebih erat. Ilmu dapat, manajemen keuangan ada, ide-ide pemasaran tepat sasaran, kualitas barang sesuai harapan, serta komunikasi dengan kolega baik, ini menjadi paket lengkap. 

Saya tidak ingin membocorkan buku ini seperti apa, agar kalian penasaran. Ketika membaca kisah Agus, Harjito, Mashudi, dan tokoh-tokoh yang lainnya. Rasanya saya menjadi paham kenapa buku ini berjudul Rantai Tak Putus. Intinya, beri kail, jangan ikannya.

Posting Komentar

0 Komentar