“Nanti sebelum pulang kita mampir beli oleh-oleh,” Celetuk saah satu orang dari depan.
Saya hanya mengangguk. Toh rombongan yang didominasi ibu-ibu ini memang hobi belanja. Sedari kemarin saya mendapatkan mandat dari kantor untuk mengabadikan kegiatan mancakrida di Karanganyar.
Selama di Karanganyar cukup sibuk. Seharian mereka bermain di luar penginapan. Saya pun turut menjadi bagian dari peserta di beberapa permainan. Hari kedua, agenda santai-santai. Hanya tadi pagi memetik buah stroberi di kebun.
Dari berbagai informasi, rombongan sepakat untuk mencari oleh-oleh di Gethuk Semar Karangnyar. Konon tempat ini merupakan lokasi persinggahan para wisatawan sebelum pulang. Mereka biasanya membeli oleh-oleh makanan.
Berlokasi di Jalan Dr. Muwardi, tempat oleh-oleh ini sedikit masuk. Namun, di dalam area parkir sangat luas. Tidak tampak ada plang petunjuk arah, atau saya yang luput melihatnya. Namun, sopir yang mengantarkan sudah tahu lokasi tempat oleh-oleh tersebut.
Tempat membeli oleh-oleh Gethuk Semar Karanganyar |
Berjejer meja panjang di depan kios. Para pelayan berdiri sembari menerangkan calon pembeli terkait harga dan yang lainnya. Di sini memang tidak tersemat harga pada kemasan, sehingga calon pembeli harus aktif untuk bertanya.
Tatkala pengunjung membludak, tiap pelayan bertugas dengan baik. Mereka dengan sabar membantu satu-persatu calon pembeli. Tidak jarang mereka menerangkan harga ataupun mencarikan stok yang diminta para calon pembeli.
Jadah Tempe, Timus Goreng, Pia, hingga aneka makanan yang lainnya tersaji. Ada yang dalam kemasan kertas ataupun besek anyaman bambu. Semua tertata rapi di atas meja. Para calon pembeli sudah antre mencari makanan yang diinginkan.
Pembayaran juga berada di teras. Tiga orang sibuk membantu di bagian kasir. Mereka menerangkan setiap pertanyaan dari calon pembeli. Di Gethuk Semar Karanganyar terkenal dengan makanan basah tanpa pengawet, sehingga makanan ini tidak bisa bertahan lama.
Aneka oleh-oleh yang bisa dibeli |
Seperti yang sudah diketahui, tempat oleh-oleh ini terkenal dengan legit gethuknya. Hampir semua calon pembeli mengarahkan pilihannya ke gethuk. Dari berbagai tulisan di blog, memang gethuk adalah oleh-oleh andalannya.
Untuk kisaran harga tiap oleh-oleh berbeda. Saya sempat bertanya-tanya dengan salah satu pelayan di tempat ini. Harga gethuk yang orisinal seharga 15.000 rupiah, untuk Durian Pandan jika tidak salah 25.000 rupiah, sementara Timus dan yang lainnya juga beragam.
Kisaran harga antara 15.000 rupiah hingga 30.000 rupiah. Tergantung oleh-oleh yang kita pesan. Oya, untuk para pembeli yang berasal dari luar kota dan ingin sedikit awet walaupun kurang dari satu minggu, kalian bisa meminta pelayan untuk mengambilkan yang baru dari tempat pendingin, agar sedikit lebih lama.
Tentu oleh-oleh seperti ini harganya relatif murah, terlebih oleh-oleh yang disediakan memang tanpa pengawet. Terkadang, banyak calon pembeli yang rela menunggu ada stok tambahan karena kehabisan. Agar bertahan lebih lama, setiap gethuk yang sudah dibeli ketika sampai di rumah langsung masukkan ke lemari es agar tetap terjaga.
Aneka oleh-oleh yang bisa dibeli |
Sedikit informasi tambahan terkait Gethuk Semar, tiap kemasan gethuk yang asli terdapat gambar "Semar" pada bungkusnya, pun dengan nama Hj. Nurul Retno. Konon ikon Semar yang tersemat pada bungkus kemsan terinspirasi dari patung Semar yang ada di Kecamatan Karangpandan.
Di sisi yang lainnya, jika beruntung kita bisa melihat secara langsung pembuatan oleh-olehnya di tempat ini. Terkadang para calon pengunjung menyempatkan waktu untuk melihat bagaimana proses pembuatan oleh-oleh, hingga siap disajikan.
Saya sendiri sibuk memilah-milah pilih yang mana. Hingga akhirnya pilihan jatuh pada Timus. Seingat saya, Timus tersebut harganya 15.000 rupiah. Saya mengambil dua bungkus Timus yang tahan antara 3 hari.
Membeli Timus |
Banyak yang bilang belum lengkap rasanya main ke Tawangmangu dan sekitarnya tapi tidak membeli oleh-oleh di Gethuk Semar. Menurut saya, pelayanan di sini sangat ramah. Pun dengan harga cukup sesuai dengan kantung saya.
Cukup ini saja yang saya beli. Setelah itu saya disibukkan melihat rombongan yang masih memilih berbagai oleh-oleh. Menyenangkan rasanya, setidaknya anak-anak kos kali ini saya bawakan oleh-oleh. Biasanya, saya tidak pernah membawa kecuali pulang dari kampung.
0 Komentar