Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Jalan Panjang Untuk Pulang Karya Agustinus Wibowo

Buku Jalan Panjang Untuk Pulang Karya Agustinus Wibowo
Buku Jalan Panjang Untuk Pulang Karya Agustinus Wibowo

Selepas membeli banyak buku kala diskonan separoh harga merebak, saya mendapatkan informasi dari kawan jika Agustinus Wibowo hendak menerbitkan buku barunya yang berjudul Jalan Panjang Untuk Pulang. 

Saat itu pula, saya langsung memantau media sosial Agustinus Wibowo. Ketika ada pemesanan buku secara daring berbonuskan tandatangan, saya langsung memesan dan membayarkan. Setelah itu, saya tinggal menunggu kiriman datang. 

***** 

Judul: Jalan Panjang Untuk Pulang 

Penulis: Agustinus Wibowo 

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama 

Tahun Terbit: 2020 

No ISBN: 978-602-06-4757-9

Genre: Ilmu Sosial 

Sekumpulan Tulisan Persinggahan 

Taiga, salah satu tempat yang dihuni orang-orang Mongolia dengan suhu sangat ekstrim, tempat ini mencapai minus 20. Agustinus Wibowo berbaur dengan masyarakat yang terkenal dengan nomaden dan percaya bahawa bumi ini mempunyai roh. 

Konon di hutan Taiga hidup para shaman yang mempunyai kekuatan besar. Sesampai di sini, Agustinus tercenung. Di tengah hutan seperti ini modernisasi sudah memengaruhi kehidupan masyarakatnya. Secara tersirat, mereka masih yakin kehidupannya seperti ini masih bisa bertahan. 

Di sisi lain, Agustinus mengunjungi pelosok Papua Nugini. Berinteraksi dengan penduduk setempat, berbicara tentang sebuah kerinduan dan harapan-harapan indah. Hanya saja, harapan tersebut harus tertahan tanpa tahu kapan berakhirnya. 

Nun jauh di sana, di negara kecil yang antah berantah. Agustinus Wibowo menelusuri jejak-jejak sejarah tentang nenek moyang identitas mereka. Lika-liku kehidupan dari masa ke masa, hingga terpancar rasa rindu tanah air berselimutkan nasionalisme. 

“Masa depan Afghanistan, akan terjamin kalau suku-suku di sini mengutamakan identitas Afghanistan di atas segala-galanya. Yang penting itu adalah terlebih dahulu menjadi bangsa Afghan. Lupakan dulu kebangsaan suku-suku itu – halaman 86” 

“Identitas kebangsaan sesungguhnya adalah tentang dua rasa; rasa diterima dan rasa memiliki. Seseorang-apa pun darahnya dan latar belakang budayanya-bisa menjadi bagian dari bangsa mana pun, asalkan bangsa itu menerima dia apa adanya, dan dia meyakini bahwa bangsa itu adalah bangsanya – halaman 228” 

“Semua itu berasal dari hati. Kalau kamu merasa dirimu minoritas, maka selamanya kamu adalah minoritas. Kalau kamu merasa dirimu adalah warga negara kelas dua, maka selamanya kamu adalah warga kelas dua. Dan kalau kamu merasa dirimu adalah korban, maka selamanya kamu adalah korban – halaman 459” 

***** 
Membaca buku sambil menyesap kopi
Membaca buku sambil menyesap kopi

Sukses dengan buku-buku seperti Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol; Agustinus Wibowo kembali mengajak pembaca dengan buku baru berjudul Jalan Panjang untuk Pulang. Sekumpulan tulisan yang tercecer di beberapa media, dikumpulkan menjadi satu. 

Tulisan-tulisan Agustinus Wibowo memang khas. Dia tidak menulis dari satu sudut pandang. Kita diajak untuk menelusuri tiap sudut ruang dan waktu melalui media tulisan. Kombinasi kondisi pada saat dia menjejakkan kaki di sana dan sejarah panjang masa lampau. 

Jika kalian sudah membaca tiga bukunya sebelum ini, di satu momentum kita kembali mengingat cerita yang ada di buku-buku sebelumnya. Bahkan, beberapa kalimat diceritakan secara persis. Bisa jadi Agustinus ingin mengingatkan pembacanya pada alur yang dulu sudah ia ceritakan. 

Di sisi yang lainnya, jejak langkah Agustinus Wibowo lebih meluas. Dia juga bercerita tentang sosok-sosok yang ada di negara-negara lain seperti sedang mencari jati dirinya. Identitas dia tentang rasa nasionalisme, rindu tanah air, ataupun rasa penasaran dengan nenek moyangnya. 

Bagaimana pun saya menyukai gaya penulisan Agustinus Wibowo. Melambung jauh menyeruak batas waktu, lalu merasa dekat hingga ada di hadapan kita. Buku ini mengajak kita untuk kembali. Pulang ke tempat kita semestinya berada, bukan di tempat yang orang lain pikir itu adalah rumah kita. 

Bagi saya, Jalan Panjang Untuk Pulang adalah berbagai cerita sebuah kerinduan seseorang untuk kembali. Melebur ego dan berbaur dengan orang-orang tercinta tanpa ada sekat siapa kita, dari asal kita, bahasa kita, maupun DNA kita. 

Agustinus berkelana jauh sehingga pembaca merasa iri dengannya. Berharap dapat mengikuti jejaknya, bisa bertutur dengan berbagai bahasa sehingga saat menyusuri jalur sutra tidak gagap. Tapi, kita tidak tahu bagaimana gejolak Agustinus kala sedang sendiri dan merasa terasing. 

Membaca buku ini membuat kita semakin yakin bahwa pulang adalah satu-satunya cara kita melepas rindu, merasa kita nyaman, dan makin mencintai tanah kita sendiri. Meski jauh sebelumnya, kita merasa pernah tersakiti oleh keadaan pada masanya.

Posting Komentar

0 Komentar