Ticker

6/recent/ticker-posts

Ketagihan Minum Kopi Lelet Rembang

Kopi Lelet Rembang Cap Cangkir
Kopi Lelet Rembang Cap Cangkir

Sedari dulu saya mempunyai hobi unik, memesan kopi kemasan dari berbagai daerah untuk saya seduh di kosan. Ragam kopi kemasan hasil olahan warga setempat saya beli. Seperti saat saya membeli Kopi Tempur, Kopi Dudakawu, hingga Kopi Bowongso

Bulan September dan November, saya berkunjung ke Rembang. Tujuan awal tentu ingin menjelajah sedikit destinasi wisata di sana. Tak ketinggalan saya ingin mencicipi kopi khas Rembang. Kopi Lelet menjadi minuman wajib masyarakat Rembang dan sekitarnya. 

Saya berkunjung ke kedai kopi yang bernama Nobon Cofffe. Sebuah kedai kopi berlokasi tak jauh dari Alun-Alun Kota Rembang. Di sini, saya menyesap kopi lelet khas Rembang. Hingga sekarang, saya ketagihan rasa kopi tersebut. 

Pun dengan waktu singgah di rumah kenalan. Saya disuguhi kopi panas, lalgi-lagi aroma dan rasa kopi lelet melekat. Lidah saya benar-benar ketagihan dengan rasanya. Hal ini membuat saya ingin membeli kopi tersebut. 

Namanya juga manusia, ketika saya di Rembang hingga balik ke Jogja, saya lupa membeli kopi lelet. Padahal tidak jauh dari Masjid Jami Lasem, ada Kopi John, sebuah kedai kopi yang dikenal dengan nama Kopi Lelet Pak John. Di sini menjual berbagai kemasan kopi lelet. 

Sesampai di Jogja, saya langsung membuka aplikasi lokapasar yang ada di gawai. Mengetik kata “Kopi Lelet”, lantas memilih toko mana yang direkomendasikan. Nyatanya, kopi lelet Rembang beragam. Mulai cap cangkir, cap granat, cap payung, hingga kemasan lebih modern. 

Tentu saja ragam pilihan membuat saya sedikit bingung. Berkali-kali mencari yang harganya sesuai dengan kantung. Pilihan saya jatuh pada Kopi Lelet Cap Cangkir. Harganya lebih murah serta bebas biaya pengiriman. 
Segelas Kopi Lelet khas Rembang
Segelas Kopi Lelet khas Rembang

Saya tidak pernah mematok rasa, setidaknya jika rasanya nanti mirip dengan yang saya sesap sewaktu di Rembang, itu sudah bagus. Niat awal memang untuk mengisi stok kopi yang mulai habis, sekaligus karena suka dengan rasa kopi lelet. 

Selang tiga hari, paket kopi sampai di kosan. Saya langsung membuka dan menyeduh kopi tersebut. Dua bungkus kopi lelet cap cangkir di tangan. Kemasan ini seberat 250 gram. Cukuplah untuk stok kopi selama sebulan lebih. 

Kopi lelet cap cangkir ini bubuknya halus. Warnanya agak lebih cokelat, namun tetap hitam pekat saat diseduh. Sebagai anak kos yang suka kopi ditambah gula, saya menambahkan gula sedikit, tujuannya agar tidak terlalu manis. 

Harum aroma kopi lelet tercium, saya suka aroma kopi. Rasa kopi nyatanya sama dengan apa yang pernah saya seduh sewaktu di Rembang, sesuai dengan harapan sejak awal. Sembari menulis artikel blog, saya menikmati tiap sesapan kopi lelet. 

Menurut informasi yang saya dapatkan, kopi lelet cap cangkir ini diproduksi dari desa Sumberejo, salah satu desa yang ada di Kecamatan Pamotan. Di Rembang, khususnya Lasem terdapat banyak kopi kemasan yang bisa dibeli dengan berbagai merek. 

Seperti kebiasaan dari dulu, saya memang ingin mengulas kopi kemasan dari berbagai tempat. Selepas menyesap, saya mengambil kamera dan memotret produk kopi lelet cap cangkir tersebut untuk kebutuhan blog dan instagram. 

Di masa pandemi seperti sekarang, ada banyak cara yang bias kita lakukan untuk membantu para pengusaha kecil dalam mempromosikan produknya. Meski ini bukan produk UMKM seperti yang digaungkan pemerintah, tetap saja mereka butuh promosi dari banyak media. 

Saya pribadi menyukai kopi ini, sehingga tidak ada salahnya untuk mengulasnya di blog. Bagi kalian yang suka kopi dengan tambahan gula, dan bingung ingin membeli kopi bubuk di mana. Bisalah mencoba kopi lelet cap cangkir ini sebagai teman bersantai kala senggang. 

Kalian bisa memesan kopi tersebut melalui berbagai lokapasar yang biasa kalian gunakan. Siapa tahu bakalan ketagihan menyesap kopi tersebut seperti yang saya alami. *Yogyakarta, 01 Desember 2020.

Posting Komentar

0 Komentar