Kopi hitam Bubuk Digulis Pontianak |
Air sudah mendidih, saya langsung menuangkan pada gelas yang sudah
siap. Bubuk kopi tercampur gula menyatu. Saya mendiamkan beberapa saat,
lantas mengaduknya dengan pelan. Kali ini, bubuk kopi yang saya seduh
merupakan bingkisan dari sejawat Kalimantan. Namanya kopi bubuk Digulis
Pontianak.
Selama beberapa bulan ini, stok kopi bubuk saya
terpenuhi. Masih ada bingkisan kopi bubuk dari tempat lain. Kebiasaan
saya menyeduh kopi bubuk dengan sedikit tambahan gula ala anak kos tetap
terjaga. Meski sekarang menggunakan gula, saya berusaha untuk membatasi
penggunaannya. Penyajian pun ala kopi tubruk.
Secara kemasan,
kopi bubuk Digulis Pontianak cukup sederhana. Hanya plastik transparan
seperti kopi bubuk yang biasa dijual di berbagai tempat. Lambang sketsa
pulau Kalimantan berdampingan dengan tugu Khatulistiwa, corak motif
berwarna hijau toska.
Melihat pembuatnya, kopi bubuk Digulis
Pontianak diproduksi oleh Roasterium Pontianak – Kalimantan Barat.
Kemasan ini seberat 200 gram. Adapun jenis kopi yang digunakan adalah
biji kopi robusta. Melihat kemasannya, kopi-kopi seperti ini memang
disiapkan sebagai oleh-oleh.
Menariknya, pada kemasan kopi tersebut terdapat slogan “Pontianak Punye Cerite”. Sebuah slogan yang menurut saya menarik. Bisa jadi tujuan slogan ini mendefinisikan bahwa secangkir kopi bubuk Digulis Pontianak menjadi teman bercerita, khususnya tentang Pontianak.
Sebungkus Bubuk Kopi Digulis Pontianak |
Terlepas dari itu semua, saya
senang hadirnya kopi-kopi bungkus seperti ini. Karena bisa menjadi
oleh-oleh bagi para pelancong yang plesiran di Pontianak dan sekitarnya.
Tentu saja, kopi bubuk seperti ini harganya lebih terjangkau serta
cocok untuk oleh-oleh orang rumah.
Seduhan kopi di gelas sudah
jadi. Terlihat tidak ada ampas yang mengambang. Tipikal bubuk kopi
seperti ini cocok bagi saya. Terkadang, jika jenis kopi yang ampasnya
mengambang, saya biasanya merebus air berbarengan dengan bubuk kopi agar
lebih pas.
Aroma kopi tidak begitu mencolok, saya menyeduh kala
masih panas. Rasa kopi ini cenderung ringan, tidak terlalu tebal untuk
takaran gelas kopi kecil. Sementara takaran yang saya gunakan dua sendok
kecil untuk kopi, dan setengah sendok untuk gula. Jika saya ingin
rasanya agak lebih tebal, mungkin takaran kopi saya lebihkan sedikit.
Sensasi
seduhan kopi bubuk Digulis Pontianak ini ada rasa pahit di awal, namun
bagian akhir seduhan muncul manisnya. Sekilas, ada sedikit sensasi rasa
jagung. Bisa jadi pada saat proses sangria biji kopi ada tambahan
sedikit jagung sebagai campuran.
Warna seduhan kopi bubuk
Digulis Pontianak tidak hitam pekat, agak sedikit bening. Sehingga rasa
kopinya lebih ringan. Tekstur seperti ini menurut saya cocok untuk
diseduh setiap saat dengan tambahan kudapan seperti kacang rebus ataupun
biskuit.
Waktu masih pagi, waktunya menikmati seduhan kopi
bubuk Digulis Pontianak bingkisan dari sejawat. Siapa tahu di masa
mendatang makin banyak bingkisan kopi dari penjuru nusantara yang bisa
saya sesap. Tentu saja saya bagikan dalam tulisan sederhana.
0 Komentar