Sejak memilik kamera Nikon1J3, saya belum pernah sekalipun memotret milky way. Pada dasarnya karena memang tidak tahu teorinya, dan belum ada waktu untuk mempraktikkannya di waktu yang tepat.
Tahun 2017, saya pulang ke Karimunjawa. Lalu bersantai di depan rumah. Berbincang dengan keluarga sembari menyesap kopi. Tiba-tiba saja, lampu mati. Semuanya gelap gulita. Kami sudah mempunya lampu darurat, jadi tidak kebingungan.
Sesaat kemudian, lampu kembali hidup. Gemerlap bintang masih terlihat jelas. Saya tertarik untuk mengabadikan meski tidak mempunyai keahlian untuk melakukan hal tersebut. Berbekal informasi daring, saya berusaha memotret untuk kali pertamanya.
Cahaya yang masuk cukup banyak. Mungkin ini mananya noise. Tak masalah, setidaknya saya sudah mempraktikkan dengan mudah. Urusan hasil, tentu jauh dari kada indah. Saya kembali mengabadikan, lagi-lagi gagal.
Latihan pertama memotret Milky Way depan rumah di Karimunjawa |
Rasa penasaran makin membucah, saya kembali mencari sudut gelap di dekat rumah. Tidak ketinggalan tripod mini yang menemani. Saya otak-atik pengaturan kamera, dan kembali membidiknya. Hasilnya masih tidak memuaskan.
Kegabutan masih melanda. Saya ingin mencoba di tempat yang lain. Terbesit pikiran main ke Pelabuhan Hadirin, biasanya tempat ini sepi dan gelap. Menaiki motor matik, saya menuju pantai tersebut sendirian.
Tidak sesuai dengan rencana. Ternyata di pantai ada orang yang sedang lembur membersihakn kapal. Cahaya dari sorotan lampu sangat dominan. Sementara itu, langit tampak cerah. Milyaran bintang berkerlipan dengan indah.
Cukup mudah mencari sudut Milky Way, dengan mata telanjang pun saya bisa melihatnya. Seperti tadi di depan rumah. Saya kembali memotret, sayangnya sinar lampu dari pantai cukup mengganggu. Tapi hasilnya sedikit lebih baik.
Asal motret tidak jelas |
Saya cukup menikmati eksperimen pertama dengan memotret Milky Way. Hasilnya memang jauh dari kata indah, tapi pengalaman ini membuat saya lebih menikmati waktu untuk belajar lagi. Suatu ketika, saya ingin kembali memotret dengan peralatan yang lebih baik.
Pada dasarnya memotret milky way memang mudah. Kita tinggal mencari tempat yang tenang, cuaca bagus, serta tidak ada polusi udara. Karena itulah banyak orang memotret milky way di perbukitan ataupun pantai.
Satu hal yang harus diketahui dan jarang orang pahami seperti saya. Memotret milky way kalau bisa waktu yang tepat. Milky way bagus itu pada jam-jam tertentu dan bulan tertentu. Untuk mendapatkan informasi ini, lebih baik bergabung dengan teman-teman fotografi.
Saya sendiri tidak menggunakan patokan tersebut. Sewaktu di Karimunjawa, saya melongok ke angkasa. Gemerlap indah bintang membuat saya tertari untuk mengabadikannya. Bergegas saya memotret sebagai pengalaman pertama.
Menyenangkan bisa memotret dengan peralatan seadanya. Tahun 2020, saya kembali memotret milky way di Karimunjawa dengan menggunakan peralatan yang baru. Hasilnya memang lebih bagus. Tapi nantinya saya posting di blog utama.
Kembali memotret Milky Way |
Bagaimana dengan kalian? Apa pernah sengaja belajar memotret karena rasa penasaran tinggi? Belajar dari internet, lalu menerapkannya secara langsung? Jika pernah, itu menjadi pengalaman yang paling mengesankan.
Belajar tidak harus dengan kamera paling mahal. Layaknya petuah para fotografer, kamera terbaik adalah kamera yang kalian milik saat ini. Dari kamera tersebut, kita diajak untuk mengasah kemampuan agar bisa lebih baik.
Saya sendiri merasa bangga dengan hasil foto yang terpajang di blog. Setidaknya, saya pernah belajar memotret milky way di Karimunjawa dengan keterbatasan alat serta keterbatasan pengetahuan. Hasilnya ya seperti ini. Penting kita mengapresiasi.
Ada yang punya tempat favorit dalam memotret milky way? Atau punya pengalaman menarik kala memotret saat malam hari? Berbagi cerita dong. Siapa tahu kita mempunyai permasalahan yang sama. Atau cerita unik yang sama. *Karimunjawa; 27 Juni 2017.
0 Komentar