Novel A Love Letter to Masjidil Haram |
Buku tipis sekitar 100 halaman ini diserahkan langsung penulisnya kepada saya sewaktu kami bersua. Beliau berujar, siapa tahu buku ini bisa menjadi bacaan kala senggang di masa pandemi. Saya mengucapkan terima kasih sembari membaca judul bukunya “A Love Letter to Masjidil Haram”.
Secara khusus saya belum tahu isi buku ini. Hanya saja, saya tahu penulisnya pasti menuangkan segala cerita pengalaman ketika dia sedang bekerja di luar negeri sebelum melanjutkan kuliah magister di salah satu jurusan kedokteran UGM.
*****
Judul: A Love Letter to Masjidil Haram
Penulis: Hayat Binti Mukti
Penerbit: Samudra Biru
Tahun Terbit: Maret 2020
No ISBN: 978-623-261-011-8
Genre: Catatan Kehidupan
Hayat, perempuan yang berasal dari Madura dan mengemban ilmu di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang ini mempunyai cita-cita tinggi. Dia percaya, segala cita-cita harus melambung tinggi, dibarengi dengan usaha yang tekun.
Niat awal, dia ingin melanjutkan studi S2 di luar negeri. Hanya saja, keinginannya tersebut belum terkabulkan. Alih-alih putus asa, dia tetap menyematkan impiannya ke luar negeri bahkan ketika dia sudah bekerja di salah satu instansi pendidikan di Sumatera Barat.
Doanya terkabulkan, pada akhirnya Hayat dapat ke luar negeri. Di sini, perempuan ini tidak melanjutkan S2 melainkan bekerja di salah satu instansi kesehatan di Arab Saudi. Di sinilah awal mula pengalaman yang tak terlupakan olehnya.
Novel A Love Letter to Masjidil Haram ini menceritakan sosok Hayat selama di Arab Saudi. Berbagai polemik pengalaman dia alami sebagai sosok perempuan yang belum menikah dan bekerja di Arab Saudi. Bukan di Mekah ataupun Madinah, tempatnya ada di Provinsi Gizan.
Ada tiga bagian pada cerita di novel ini. Pertama, menceritakan berkaitan dengan staycation; catatan perjalanan Hayat selama di beberapa tempat. Bagian kedua fokus menceritakan pengalaman selama ramadan, dan terakhir berkaitan dengan pekerjaannya.
*****
Membaca novel dengan menyesap minuman |
Saya membaca novel ini dalam beberapa hari, hal ini saya lakukan karena membacanya pada saat luang saja. Segala cerita yang ada di novel ini menarik. Cerita ini adalah nyata, dan semua tempat yang disebutkan keberadaannya memang benar ada.
Bagi saya, ini adalah catatan perjalanan yang lumayan lengkap dari Hayat. Bagaimana dia menyusun cita dan berusaha menggapainya. Kejutan-kejutan berlangsung tiap waktu yang tak pernah disangkanya.
Dari tulisan di novel ini, saya sedikit tahu bagaimana kehidupan Hayat, kisah-kisah yang ada di lingkungan keluarganya, suka-duka sebagai anak yang jauh dari orangtua serta tersirat sedikit terkait asmaranya.
Cerita Hayat sewaktu bekerja di Arab Saudi ini menarik, setidaknya saya tahu bagaimana seorang tenaga kesehatan yang harus bekerja di tempat jauh dengan adat yang berbeda. Segala keluh kesah selama bekerja sedikit terceritakan.
Orang tua, kawan, serta hasil tempaan kehidupan di pondok pesantren membuat perempuan ini kuat. Berbagai keluh kesah diubahnya menjadi pemantik untuk tetap menjadi diri sendiri yang lebih dewasa.
Novel ini menarik untuk dibaca oleh orang-orang yang merasa kurang yakin dengan dirinya sendiri. Berbagai cerita pada novel ini bisa jadi membuat kita terinspirasi untuk bisa lebih tegar dan kuat menghadapi apapun. Semuanya karena kita yakin adanya Allah.
Bagi yang tertarik membaca novel ini, kalian bisa menghubungi langsung penulisnya di akun Instagram @hayatbintimuktee. Bagaimana menurut kalian? Ada yang penasaran dengan novel A Love Letter to Masjidil Haram?
0 Komentar