Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Abdurrahman Wahid

Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela  Karya Abdurrahman Wahid
Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela  Karya Abdurrahman Wahid

Cukup lama saya berniat membeli buku Tuhan Tidak Perlu Dibela, hanya saja masih saya tangguhkan. Salah satu alasan saya menangguhkan adalah banyaknya koleksi yang belum sempat terbaca dan tergeletak di meja. 

Hingga suatu ketika, Winda Safitri menginformasikan butuh uang dan menjual koleksi bukunya di media sosial. Utasnya ramai, saya pun mengirimkan pesan dan memesan buku bekasnya untuk saya koleksi. Tak semua buku yang saya incar terbeli. 

Hanya satu buku yang akhirnya sampai tangan, yakni Tuhan Tidak Perlu Dibela. Setidaknya dengan membeli buku ini, saya sedikit membantu kawan yang sedang kesulitan dalam keuangannya. 29 April 2020 buku ini Winda beli, dan 25 Juni 2020 buku ini di tangan saya. 

***** 

Judul: Tuhan Tidak Perlu Dibela

Karya: Abdurrahman Wahid

Penerbit: Noktah - LKIS 

ISBN: 978-602-61834-0-8

Tahun Terbit: 2017

Kategori: Non Fiksi – Umum 

Membaca buku Gus Dur sembari menyesap kopi
Membaca buku Gus Dur sembari menyesap kopi

Kumpulan Kolom-kolom Gus Dur di Majalah Tempo Lama 

Tuhan Tidak Perlu Dibela adalah salah satu judul tulisan Gus Dur, tulisan yang menyinggung sudut pandang untuk menyikapi perbedaan pandangan dalam Islam. Hal ini memantik berbagai pendapat dan diskusi panjang. 

Membaca tulisan-tulisan yang sebenarnya sudah diterbitkan dalam rentang tahun 1970an hingga 1980an, tulisan Gus Dur masih sangat relevan dengan sekarang. Tulisan panjang Gus Dur begitu melekat tentang keislaman serta kepedulian beliau akan demokrasi. 

Dibaca dari bukunya, kolom-kolom Gus Dur membagi tiga bagian besar. Refleksi kritis pemikiran Islam, Intensitas kebangsaan dan kebudayaan, serta Demokrasi, ideologi, dan politik. Semua topik besar ini diperinci dengan tulisan-tulisan yang baik. 

Pada bab tentang Refkelsi kritis pemikiran Islam, banyak hal yang sampai sekarang masih relevan. Hingga sekarang di sekitar kita masih saja ada permasalahan yang berkaitan dengan pemikirannya tentang Islam. 

Pun dengan kebangsaan dan kebudayaa. Tulisan-tulisan beliau begitu lekat akan sikap tolerasi. Di sini Gus Dur tak hanya mengulas toleransi itu sendiri, tapi bagaimana sudut pandang agama yang bisa bersinergi dengan kehidupan modernisasi seperti saat ini. 

Penjabaran belia tentang demokrasi, ideologi, dan politik ini lebih banyak mengulas perpolitikan Timur Tengah. Sudut yang diambil adalah bagaimana negara Mesir dalam kurun waktu tertentu menjalankan pemerintahannya. 

“Agama menghendaki solidaritas kuat antara berbagai lapisan masyarakat, tetapi dalam kenyataan sebaliknyalah yang terjadi. Kesenjangan semakin besar antara si kaya dan si miskin adalah bukti paling konkret – halaman 29” 

“Tuhan tidak perlu dibela, walaupun tidak juga menolak dibela. Berarti atau tidaknya pembelaan, akan kita lihat dalam perkembangan di masa depan – halaman 68” 

“Bukankah dengan saling pengertian mendasar antaragama seperti itu , masing-masing agama akan memperkaya diri dalam mencari bekal perjuangan menegakkan moralitas, keadikan, dan kasih sayang? – halaman 148” 

***** 
Suuatu hal yang membanggakan bisa membaca tulisan-tulisan Gus Dur masa lampau. Sehingga kita mendapatkan banyak ilmu baru terkait pemikiran beliau yang dituangkan dalam tulisan. Bagi saya, tulisan-tulisan pada buku ini sangat berat. 

Berkali-kali saya berusaha membaca dan mencerna, tapi keterbatasan literatur saya dalam membaca membuat saya harus menandai banyak alenia pada buku ini. meski begitu, patut bersyukur tulisan-tulisan beliau tetap ada sampai kapanpun.

Posting Komentar

0 Komentar