Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Semesta Renjana Karya Elisabeth Murni

Buku Semesta Renjana Karya Elisabeth Murni
Buku Semesta Renjana Karya Elisabeth Murni

Di bulan November 2020, seorang kawan narablog kembali menerbitkan buku tentang catatan perjalanan bersama anaknya berjudul Semesta Renjana. Saya termasuk salah satu orang yang beruntung, karena satu eksemplar buku tersebut dihadiahkan sebagai teman bacaan saya. 

Waktu yang tepat, di kala saya harus berkutat dengan pekerjaan yang menguras tenaga. Buku ini saya jadikan asupan bacaan pada waktu senggang. Satu demi satu halaman saya tuntaskan bacaannya. Sedikit mencatat, lebih banyak mengikuti alur ceritanya. 

***** 
Judul: Semesta Renjana 

Penulis: Elisabeth Murni 

Penerbit: Laksana 

Tahun Terbit: November 2020 

No ISBN: 978-602-407-782-2 

Genre: Keluarga, Catatan Perjalanan 

Perjalanan Mengenalkanmu pada Jagat Raya untuk Pertama Kalinya 

Renjana, anak kecil yang lebih dikenal dengan nama panggilan “Bre” menjadi tokoh di setiap cerita yang dituturkan sang ibu. Semesta Renjana adalah sedikit cara seorang ibu yang mengenalkan anaknya dengan alam bebas. 

Mbak Sha (Elisabet Murni) pandai mengolah cerita, layaknya tulisan-tulisan yang bertebaran di blognya. Di buku ini, beliau bercerita momen-momen kala harus bersama anak kecil saat melakukan aktivitas mancakrida. 

Anak kecil, terutama batita (bayi tiga tahun) identik berlarian di pekarangan rumah. Tak berjalan jauh menyelusup semak belukar, atau merasakan sambutan udara dingin menjelang subuh. Anak kecil biasanya merasakan kehangatan pelukan dari dalam kamar dengan kain tebal. 

Renjana berbeda, terlahir dari dua pasangan pecinta alam. Sedari kecil kedua orang tuanya mempunyai tekad kuat mengenalkan anak sedini mungkin dengan apapun itu. Mengajak mendaki gunung, merasakan empasan gelombang serta asinnya air laut, hingga berinteraksi dengan orang baru di tengah-tengah keramaian pasar. 

Berbagai celotehan anak tersaji. Rasa penasaran tinggi membuat mereka mempunyai daya keingintahuan begitu kuat. Lontaran pertanyaan yang kadang tak pernah tebersit di pikiran orang dewasa justru terlontar dari anak kecil. Di sini, peran orangtua begitu nyata untuk meladeni tiap pertanyaan yang bertubi-tubi. 

Jika orang seperti saya mengeluh saat kepanasan, atau malah menyerah saat harus berjalan mendaki perbukitan. Di sini, saya harus berpikir ulang. Bagaimana membayangkan tingkah Renjana yang antusias tiap menapakkan kaki di tempat baru tanpa harus mengeluh. 

Ada banyak kalimat menarik di buku Semesta Renjana, tapi saya harus menahan diri untuk tidak menuliskannya di sini. Berikut saya sertakan beberapa kalimat yang menurut saya menarik untuk diketahui banyak orang. 

“Perjalanan kali ini bukan saya yang mengenalkan hal baru pada Renjana, namun justru dia yang mengajarkan banyak hal kepada saya. Tentang sejauh mana batas kekuatan diri, tentang kapan harus berjalan atau berhenti, hingga tentang bersukacita dalam tiap keadaan – halaman 41” 

“Jatuh cintalah dengan laut dan segala isinya, Nak! Kelak padanya, ada banyak hal baik. Ada kehidupan. Ada muara yang banyak perkara. Dan laut, hari ini kukenalkan buah hatiku padamu. Ajari dia untuk menjadi setia dan tangguh sepertimu – halaman 62” 

“Saat dewasa kelak, ingatlah selalu bahwa kau pernah merasakan kesenangan sejati saat berkubang di mata air. Karena itu, camkan betul dalam hatimu, jangan sekali-kali kau melakukan sesuatu yang bisa merusak dan mengancam keberadaan mata air – halama 120” 

***** 
Mengopi dan membaca buku
Mengopi dan membaca buku

Saya mengenal Renjana, bahkan kami sering bertemu di kala agenda mengopi bareng ataupun yang lainnya. Celotehan-celotehannya masih terus saya kenal. Bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain, hingga berlarian di tanah lapang. 

Membaca buku ini, membuat saya semakin sadar bahwa seorang anak kecil bisa menjadi patner yang menyenangkan saat bepergian. Mereka bebas berjalan dengan segala imajinasi yang ada dipikirannya membuat orang tua makin senang dan tenang. 

Buku Semesta Renjana bukan hanya menyajikan cerita pengalaman seorang ibu bersama anak kecilnya. Jauh daripada itu, buku ini membuat kita bisa mengedukasi anak ketika masih kecil hingga belajar bagaimana cara mengenalkan mereka dengan alam sesuai dengan kebiasaan kita. 

Peran ibu dalam mendidik menjadi tonggak utama seorang anak. Bagaimana seorang anak bisa mandiri atau tetap manja dengan rengekan tangis memelas itu berawal dari peran oranggtua, khususnya ibu. Di buku ini, saya merasakan kedua orangtua Renjana bersikap demokratis dengan pilihan anaknya sejak kecil. 

Bagi saya, buku ini saya rekomendasikan untuk para ibu muda, calon ibu yang masih gagap dan takut mengajak anak kecilnya bermain alam bebas, ataupun setiap orang yang ingin tahu lebih dekat bagaimana mendidik anak kecil di lingkungan keluarga. 

Pada akhirnya, tiap orangtua mempunyai cara masing-masing dalam mendidik anak kecilnya. Khususnya ketika mereka hendak bepergian. Seperti yang ada di buku ini, jangan pernah memaksakan kehendak pribadi dengan alasan itu adalah pilihan anak. Biarkan anak tersebut menikmati masa kecilnya dengan bahagia. 

Posting Komentar

0 Komentar