Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Penghancuran Buku dari Masa ke Masa Karya Fernando Ba’ez

Buku Penghancuran Buku dari masa ke masa karya Fernando Baez
Buku Penghancuran Buku dari masa ke masa karya Fernando Baez

Saya pernah bertanya kepada kawan penulis di media daring terkait rekomendasi penerbit buku terjemahan. Dia dengan yakin menyebut beberapa nama penerbit. Penerbit yang disebutkan sudah beberapa kali saya beli bukunya. 

Selain itu, dia juga menyertakan nama Penerbit Marjin Kiri. Saya tercenung, kemudian kawan tersebut mengenalkan salah satu orang Marjin Kiri waktu kami berbincang di kafe atas Togamas Gejayan. Sayangnya kedai tersebut sudah tidak ada. 

Pada kesempatan yang lainnya, saya direkomendasikan kawan membaca buku berjudul Penghancuran Buku karya Fernando Baez. Tatkala saya baca penerbitnya, tulisan ini diterjemahkan dari penerbit Marjin Kiri. Saya langsung membelinya. 

***** 

Judul: Penghancuran Buku dari Masa ke Masa

Karya: Fernando Ba’ez

Penerbit: Marjin Kiri

ISBN: 978-979-1260-68-8

Tahun Terbit: 2017/Edisi Kedua

Kategori: Kajian Budaya, Sejarah 


Di manapun mereka membakar buku, pada akhirnya mereka akan membakar manusia 

Buku ini terbit pertama kali di Spanyol pada tahun 2004 dengan judul asli Historia universal de la destruccion de libros. De las tablilas sumerias a la guerra de Irak. Kemudian diterjemahkan oleh Lita Soerjadinata dengan suntingan bab-bab tambahan yang diterjemahkan oleh Ronny Agustinus. 

Tambahan bab tersebut diambil berdasarkan edisi baru Neuva historia universal de la destruccion de libros. De las tablilas sumerias a la era digital di tahun 2013. Pada tambahan ini terpapar di bagian akhir tentang buku digital dan yang lainnya. 

Membaca buku ini, mau tidak mau kita harus belajar sejarah. Mengikuti alur cerita pada masa peradapan kuno, Byzantium menuju abad 19, hingga abad ke-20 sampai sekarang. Berbagai sejarah kelam terkait penghancuran buku tertutur di sini secara rapi. 

Setiap penguasa mempunyai potensi menghancurkan buku. Penghancuran buku ini tidak dilakukan oleh sekelompok atau orang awam yang kurang pendidikan. Justru, di buku ini kita dijabarkan data bahwa kaum terdidiklah yang menghancurkan buku dengan motif ideologis mereka masing-masing. 

Pada bagian masa peradapan kuno, diceritakan pembakaran buku di Yunani, Perpustakaan Alexandria, Israel, Yunani, hingga daratan Cina. Semua diberangus dengan alibi tidak sesuai dengan keinginan penguasa saat itu. Siapapun yang berkuasa, mereka punya hak untuk memusnahkan segala buku-buku bersejarah. 

Perdebatan panjang dilengkapi dengan hipotesa siapa pelaku pembakaran buku di Alexandria terjadi. Segala pendapat dikumpulkan pada bab tertentu sebagai referensi bahwa menurut pendapat pada masanya, kelompok-kelompok inilah yang membakar. 

Di masa Byzantium, diterangkan penghancuran buku kembali merebak di semua benua. Lagi-lagi penguasaan golongan tertentu menghancurkan segalanya. Ada yang dijarah, dibuang ke sungai, hingga menjadi abu karena terbakar. 

Masa pembakaran buku tak hanya muncul di abad ke-19 ke belakang. Di abad 20 hingga sekarang pun masih sama. Berbagai pihak justru tidak hanya memberangus buku tapi juga melakukan sensor. Buku-buku yang tidak sesuai dengan pemerintahan layak dilenyapkan. 

Banyak kisah pilu terkait pemusnahan buku di tiap masanya. Mereka memberangus tanpa merasa berdosa. Tak hanya buku, nyawapun ikut meregang dengan bersamaan buku yang dibakar membara. Belikut kutipan pilu terkait pemusnahan buku; 

“Saat api melalap kota, ikut musnahlah 40.000 buku yang kebetulan disimpan di sana – halaman 61” 

“Kami putuskan setiap buku yang disusun oleh orang yang kita kenal sebagai Villneuve itu, selain yang sudah dibakar, harus dilempar ke dalam api – halaman 152” 

“Penghancuran buku sepanjang 1933 adalah awal dari pembantaian manusia pada tahun-tahun berikutnya. Gunungan buku-buku yang dilalap api mengilhami tungku-tungku krematorium kamp konsentrasi – halaman 221” 

“Buku-bukunya kini menjadi abu, karya-karyanya dijual di pasar. Irak adalah korban pertama pemusnahan kebudayaan pada abad ke-21 – halaman 319.” 

Mengopi sembari membaca buku
Mengopi sembari membaca buku

Pendapat Saya Tentang Buku “Penghancuran Buku dari Masa ke Masa” 

Jauh sebelum membaca buku ini, saya mengenal literatur atau masa-masa kejayaan Alexandria dari kampus. Kala itu berkaitan dengan perkuliahan saya yang jurusannya Ilmu Perpustakaan. Hanya saja, di kala kuliah, saya tidak banyak membaca literatur terkait penghancuran buku. 

Buku ini membuat kita tahu bagaimana perjuangan para pustakawan untuk menyelamatkan koleksi yang diberangus. Para penulis ataupun orang-orang yang tertarik di dunia buku mulai klasik hingga sekarang harus mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan buku. 

Pemberangusan buku berlangsung dari masa ke masa. Faktor kekuasaan menjadi hal yang paling utama. Penghancuran secara masif dengan membakar, mengenggelamkan di sungai, hingga penjarahan. Selain itu faktor alam juga mempengaruhi seperti gempa bumi dan yang lainnya. 

Diulas juga bagaimana dengan koleksi digital, atau hama yang dapat merusak buku terbitan lama. Semuanya saling berkaitan. Di setiap masa, tetap ada pihak-pihak yang menyelamatkan buku dari kehancuran dengan berbagai cara. 

Saya makin asyik dan terbawa alur saat membaca buku ini. Berbagai informasi tambahan terkait buku saya dapatkan. Bagaimana orang pada masa lampau mengatakan buku adalah selembar papirus yang digulung dan berjilid-jilid. 

Atau sebelum mereka mengenal buku, bangsa Sumeria menulis menggunakan bahan dasar tanah liat dengan abjad Silabik. Serta informasi buku bergambar pertama itu terbit di Yunani karyanya Anaxagoras. Pun dengan istilah-istilah seperti Biblioklas, Bibliotheekai, Biblos, dan yang lainnya. 

Bagi saya, buku ini layak dibaca para mahasiswa yang suka tentang literatur. Terkhusus lagi untuk mahasiswa Ilmu Perpustakaan. Sehingga mereka tidak hanya tahu cerita emas masa kejayaan perpustakaan masa lampau saja, tapi ada kisah pilu terkait pemusnahan buku di tiap masa.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Entah nanti bagaimana dengan era sekarang yang sudah bergeser dari buku fisik ke buku elektronik.. pastinya tidak semudah membakar buku yang berbentuk fisik kertas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika sekarang permasalahannya adalah penyimpanan dan aksesnya. Buku elektronik lebih riskan rusak karena cepatnya perubahan zaman, dari era disket sampai sekarang waktunya hanya sebentar

      Hapus