Ticker

6/recent/ticker-posts

Sleko, Pelabuhan Kecil di Cilacap kala Siang Hari

Deretan kapal di Dermaga Kecil Sleko

Matahari tepat di atas saat saya beserta kawan bloger Cilacap memutari kawasan Pertamina. Sepulang dari memotret bangunan tua di Kompleks Pertamina, saya masih diajak keliling daratan yang berdekatan dengan laut. Meski hanya di sekitar sana, saya tidak bisa menghafalnya. 

Truk-truk besar kami lewati, tiba saatnya di penyeberangan ke Nusakambangan. Kami tidak singgah, kawan hanya menjelaskan jika tamu ke lapas lewatnya pelabuhan ini. Saya mengangguk, dua petugas syahbandar melongok, saya tersenyum sembari mengangkat kamera. 

Pelabuhan ramai ini bukan tujuan kami. Motor kembali melaju melintasi kapal-kapal tersandar. Nelayan sibuk membersihkan lumut yang melekat pada badan kapal. Aroma khas pantai mulai terasa nyata. Motor terus melaju, lantas berhenti di halaman rumah kecil yang belakangnya laut. 

Pohon Kluwih menjadi peneduh motor. Tak jauh dari sana juga ada pohon Lamtoro, buahnya sudah mengering di ranting. Pandangan mata tertuju pada sampan-sampan yang berjejeran. Nyaris semua warnanya sama, biru laut. 
Tempat dermaga kecil Sleko Cilacap
Tempat dermaga kecil Sleko Cilacap

Daratan panjang tampak di kejauhan. Daratan tersebut tidak menyatu dengan Cilacap, yang terlihat itu adalah Pulau Nusakambangan. Pulau yang membuat saya harus dua kali ke Cilacap untuk melepas rasa penasaran. Meski sudah menginjakkan kaki dua kali di pulau tersebut, saya masih penasaran dengan sudut yang lainnya. 

Nun jauh di sana, semacam lampu suar berdiri di atas beton. Berwarna merah menyala, malam hari berkelipan lampu sebagai penanda batas daratan. Dari lebatnya pohon, masih tampak petakan tahan berbopeng di dataran tinggi Pulau Nusakambangan. 

Seleko atau disebut juga dengan nama Sleko adalah pelabuhan kecil yang berlokasi di Laguna Segara Anakan. Pelabuhan ini biasanya difungsikan masyarakat untuk melayani penyeberangan ke Kampung Laut. Salah satu kampung yang sedari dulu ingin saya sambangi. 

Saya memang mempunyai rencana ingin mengunjungi Kampung Laut. Tidak banyak tulisan yang mengulas Kampung Laut beserta potensi wisatanya. Ini salah satu alasan kenapa saya menjadikan Kampung Laut sebagai salah satu destinasi tujuan di masa mendatang. 
Pulau Nusakambangan dari Dermaga Sleko Cilacap
Pulau Nusakambangan dari Dermaga Sleko Cilacap

Informasi dari berbagai tulisan cukup membuat saya bergembira. Geliat pariwisata di Cilacap mulai merangkak naik. Promosi wisata digencarkan, hingga mulai ada wisatawan yang tertarik berkunjung ke Kampung Laut. 

Bahkan sudah ada jasa wisata keliling sebagian Segara Anakan kala malam hari. Mereka menggunakan kapal yang kapasitasnya mencapai 20 orang untuk menikmati waktu malam dengan pemandangan kelipan lampu. Sepertinya menarik dijajal lain waktu. Konon gemerlap lampu tersebut dari arah Kawasan Pertamina. 

Jasa penyeberangan tidak hanya untuk paket wisata malam dan ke Kampung Laut saja. Ada juga jasa mengantarkan ke destinasi wisata alam seperti Hutan Mangrove, Gua Masigit Kampung Laut, atau ke Pantai Rancah Babakan. 

Untuk tarif dan informasinya, kita harus sedikit lebih dalam mendapatkannya dari masyarakat. Semoga semakin melejitnya kunjungan wisatawan membuat pengelola ataupun pelaku jasa penyeberangan membuat papan informasi terkait harga jasa penyeberangannya agar lebih mudah didapatkan wisatawan. 

Lokasi pelabuhan Sleko ini tidak jauh dari pusat kota Cilacap. Menurut kawan, datang ke Sleko paling tepat adalah sore hari. Dari sini pemandangan sunset-nya indah. Saya dilihatkan hasil bidikan kawan kemarin sore. Memang indah saat cerah. 

Jika kalian pecinta senja, dan berada di Cilacap, saya rasa Sleko ini menjadi tempat yang menyenangkan untuk memotret. Tak ada penghalang selain barisan daratan Pulau Nusakambangan. Justru di sanalah indahnya kala senja meninggalkan semburat cahaya. 

Kebiasaan saya datang ke destinasi yang tak terencanakan adalah menikmati suasana. Di siang hari memang tidak banyak yang bisa diabadikan. Aktivitas nelayan satu-satunya yang bisa saya bidik dalam bingkai foto. 

Seorang nelayan mendayung sampan tua ke tepian. Dayungnya masih cukup baru, belum juga dibalur cat. Kontras dengan sampan yang berwarna biru usang. Cat bagian dalam sampan sudah mengelupas, dempulan semen putih tersebar di papan yang awalnya bocor. 
Aktivitas Nelayan di Dermaga Sleko
Aktivitas Nelayan di Dermaga Sleko

Lumut melekat keras, menyatu bersama cat di papan sampan. Tidak perlu dibersihkan, mungkin sampan ini sudah uzur. Waktunya digandi dengan sampan baru. Sesekali bapak ini menguras air menggunakan ciduk plastik bekas dirigen ukuran lima liter. 

Beda halnya dengan empat orang dewasa yang di sudut lainnya. Mereka selesai mengangkat mesin dari salah satu kapal. Ukuran mesin lumayan besar, kisarannya sekitar 14Pk. Saya sedikit familiar dengan merek-merek mesin kapal seperti Kubota, Dongfeng, Yanmar, atau merek yang lainnya. 

Dari tepian tanggul kecil pembatas laut dan daratan, saya terus membidik objek yang tampak menarik. Deretan cor semen berbaris ke tengah. Bentuknya menyerupai rangka untuk jembatan kecil. Sekilas seprti itu bentuknya. Mungkin di sini ingin dibuat jembatan kecil. 
Cor penyanggah  di tepian pantai
Cor penyanggah  di tepian pantai

Melihat dari lumut yang memenuhi batas atas air, serta tali biru kecil yang disatukan dengan pancang, saya rasa cor ini sudah lumayan lama. Pembangunan yang tertunda atau terbengkalai? Entahlah. Siapa tahu nanti saya singgah di waktu mendatang, sudah menjadi jembatan kecil yang bermanfaat bagi nelayan. 

Setengah jam saya di sini. Duduk santai di bawah pohon Kluwih, melihat aktivitas nelayan kala siang, kemudian beranjak. Waktunya balik ke hotel. Pukul 14.00 WIB saya hendak balik ke Jogja naik Kereta Api Wijayakusuma. Transportasi yang sama saya naiki waktu berkunjung ke Cilacap. 

Tiga hari yang menyenangkan. Mencari konten di Cilacap, bertemu kawan yang biasa berinteraksi di media sosial, hingga menuntaskan sebagian rasa penasaran tentang Pulau Nusakambangan. Saya pastikan, tulisan ini bakal ada kelanjutannya di masa mendatang dengan judul Kampung Nelayan. *Sabtu, 17 Februari 2018.

Posting Komentar

0 Komentar