Ticker

6/recent/ticker-posts

Sarapan Pecel Pincuk Khas Madiun di Jogja

Pecel Pincuk khas Madiun

Postingan twitter dari Jogja Update membuat saya penasaran. Akun tersebut memosting pecel pincuk hasil kiriman pengguna twitter. Di kalimatnya tertulis alamat sekitar Jalan HOS Cokroaminoto. Lokasi yang tidak jauh dari Tugu Jogja. 

Gambar tersebut saya screen capture, lantas saya kirimkan ke kolega yang mengajak gowes pagi. Beliau tidak asing lokasinya dan kami mengagendakan ke sana saat akhir pekan. Jika dilihat dari tempatnya, tidak jauh dari Diskop UMKM Yogyakarta. 

Sabtu pagi saya sudah mengayuh pedal menuju Tugu Jogja. Sebelumnya saya sempatkan mengambil video vlog sebagai pembuka. Tahun 2020 ini saya fokus mengisi konten Youtube dengan kuliner sarapan sekaligus bersepeda. 

Tugu Jogja ramai, saya masih bersantai. Hingga akhirnya Om Arif datang menaiki sepeda Federal. Kami berbincang sesaat, lantas melanjutkan perjalanan menuju Jalan HOS Cokroaminoto. Perjalanan kurang dari 15 menit sampai lokasi. 

Jejeran warung di trotoar terlihat di sisi kiri jalan. Hampir semuanya tutup. Hingga akhirnya sebuah tenda bertuliskan “Nasi Pecel Pincuk Khas Madiun”. Ini adalah warung yang sempat saya lihat di lini masa media sosial. 
Mencari sarapan pecel pincuk
Mencari sarapan pecel pincuk

Bergegas sepeda kami parkirkan, sesaat kami berbincang dengan pemiliknya. Tak lupa mengabadikan bagian depan tenda. Sudah ada pembeli di sana, dua orang bapak sedang berbincang santai dengan ibu penjual. 

Tenda pecel pincuk ini berdekatan dengan pohon besar sebagai peneduh. Tidak banyak kursi yang tersedia. Sekilas bentuknya mirip dengan tenda angkringan saat malam hari. Satu kursi panjang di depan, kemudian ditambahi kursi pendek di sisi yang lainnya. 

Meja panjang berbentuk L di atasnya sudah lengkap bahan untuk menyajikan pecel. Di meja panjang berisi berbagai gorengan, dan sisi yang lainnya tempat menaruh nasi dan pecel. Rentengan minuman kemasan sudah tergantung, tinggal kita pesan. 

“Pecelnya dua, bu,” Pinta saya. 

“Minumnya teh tawar panas satu, satunya teh manis panas.” 
Pecel pincuk buka sejak pagi
Pecel pincuk buka sejak pagi

Ibu penjual sigap, beliau langsung meracik Pecel Pincuk yang kami pesan. Saya sendiri menyempatkan untuk mengambil rekaman sebagai pelengkap. Tidak panjang rekaman yang saya ambil, hanya secukupnya saja. 

Obrolan pagi ini saya sempatkan mencari informasi terkait pecel pincuk. Ibu ini sudah berjualan di sini hampir satu tahun. Konon dalam waktu dekat ini nantinya pindah tempat. Bangunan yang di depan tenda sedang direnovasi, katanya sudah ada informasi untuk dipindah. 

Sampai saat saya membeli di sini, beliau belum punya tempat baru nantinya jika pindah. Saya mendengarkan sembari menikmati santap pagi. Porsi Pecel Pincuk ini tidak banyak, tapi cukup untuk sarapan. 
Penjual pecel pincuk di Jogja
Penjual pecel pincuk di Jogja

Awalnya saya kira pecel pincuk tersebut buka mulai pukul 08.00 WIB. Hal ini saya dapatkan dari twitter. Ternyata sejak pukul 07.00 WIB warungnya sudah buka. Malah tadi sudah banyak orang yang berdatangan untuk sarapan. 

Ibu ini menuturkan terkadang jualannya habis dalam setengah hari. Buka sedari pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Tidak jarang jualannya habis, tapi sesekali juga pernah sisa. Beliau pu tidak mempunyai target harus habis dalam setengah hari. 

Selain saya, ada juga rombongan keluarga yang turun dari mobil sarapan di sini. Satu porsi pecel pincuk harganya 8.000 rupiah. Untuk minumnya sendiri 2.000 rupiah. Jadi satu paket lengkap yang kita keluarkan sebesar 10.000 rupiah, ini tidak termasuk gorengan. 
Sarapan pecel pincuk khas Madiun
Sarapan pecel pincuk khas Madiun

Tanpa terasa waktu sarapan sudah selesai. Hari masih pagi, saya melanjutkan sepeda mengelilingi area Malioboro, berhenti sebentar di Pakualaman dan baru pulang. Hari yang baik, karena sarapan tadi ditraktir oleh Om Arif. 

Tuntas sudah agenda gowes kuliner pagi ini. Di waktu mendatang semoga makin sering ada waktu untuk sepedaan dekat kota, mencari sarapan, dan mengunggahnya di youtube. Siapa tahu ada kawan yang mengajak lagi. Minggu depan ke mana ya? Ada ide? *Sabtu 29 Februari 2020.

Posting Komentar

0 Komentar