Desember cuaca cenderung hujan. Selama di Kopeng, saya hanya fokus meliput sebuah desa untuk dijadikan postingan blog. Setelahnya hanya tiduran santai di Oyo Jakarta-Jakarta Hotel sembari menunggu jemputan.
Sebelumnya, saya sudah mengabari kawan untuk dicarikan bunga. Saya lupa nama bunga tersebut. Menurut orang yang titip, dia bilang bunga tersebut biasanya ada di bulan Desember. Tanpa ada bunga, hanya daun yang kemerahan.
Terang saja saya kebingungan. Lantas mencari informasi di internet tentang bulan desember yang berkaitan dengan perayaan natal. Rata-rata tulisan mengarahkan pada bunga Kastuba. Sontak saya mengirimkan gambar bunga Kastuba ke kawan yang di Kopeng.
Respon kawan cepat, dia mempunyai kenalan yang jualan bunga di Kopeng dan memberi informasi jika bunga tersebut ada. Sebelum pulang ke Jogja, saya menyempatkan diri menuju tempat pengambilan bunga Kastuba.
Awalnya saya mengira kawan sudah membeli dan ditaruh di rumahnya. Ternyata tidak. Kami mengendarai sepeda motor menuju arah Bukit Harapan Cuntel. Destinasi yang pernah kami sambangi setahun silam saat saya menjelajah wilayah Kopeng.
Kontur wilayah di Kopeng berbukit. Kendaraan metik ini sedikit meraung saat tuas gas ditarik. Sepanjang perjalanan banyak penduduk yang menawarkan jasa penginapan. Berhubung kami lelaki dan perempuan, tidak sedikit yang melambaikan tangan untuk menepi.
Pasar bunga di sekitaran Kopeng |
Kami terkekek melihat reaksi para orang yang berada di depan penginapannya. Sampai di pertigaan, kami ambil jalur belok kanan. Jika ambil lurus, nanti sampai di Bukit Harapan Cuntel. Di sepanjang jalan sudah banyak bunga yang dipajang.
Di Kopeng memang terkenal dengan tanamannya. Sepanjang jalan Ngablak – Salatiga, tiap sisi jalan terdapat los-los kecil yang menjual bunga ataupun bibit tanaman. Saking banyaknya Bungan yang dijual, Kopeng menjadi tempat favorit para pecinta bunga untuk membeli.
Harga bunga pun beragam. Jika membeli di pinggiran jalan, kata kawan harganya lebih mahal. Saya menjadi penasaran mengapa dia rela mengajak saya membeli di tempat yang harus masuk daripada di pinggiran jalan.
Semacam pasar tapi semuanya jualan bunga. Tiap petakan tanah merupakan los-los para penjual bunga. Kami menyusuri jalan, kecepatan motor diperlambat karena jaan lebih kecil dan banyak orang yang berlalu-lalang.
Saya tidak tahu pasti nama desanya apa. Intinya, sepanjang kawasan ini semuanya jualan bunga. Semacam pasar khusus bunga. Saya mencoba mengabadikan beberapa los pedagang bunga menggunakan gawai. Ingin mengeluarkan kamera tapi malas karena sudah di dalam keril.
Di depan rumah yang juga jualan bunga, kami berhenti. Kawanku menelpon yang punya rumah dan menanyakan bunga tersebut. Sang empu mengatakan agar kami beli di salah satu los bunga yang tadi terlewati.
Berbagai tanaman dipajang |
“Itu yang pagarnya putih. Harganya paling antara 25.000an. Di sana yang paling lengkap dan murah.”
Tidak sempat singgah, kami langsung menuju penjual bunga tersebut. Saya masuk dan mencari bunga yang mirip dengan gambar. Bunga Kastuba sudah di depan, namun saya masih gamang. Entah bunga ini atau mana yang disebut kolega waktu itu.
Daripada salah membeli, saya menuju penjaga bunga dan bertanya jenis bunga yang dimaksud. Saya terangkan jika bunga tersebut hanya daun. Bagian ujungnya merah, serta biasanya muncul di saat bulan desember atau bersamaan dengan natal.
“Bunga Kastuba, mas. Itu yang di pojok,” Terang penjaga bunga seraya menunjuk bunga Kastuba.
Tempat yang sama dengan tujuan awal saya. Kembali saya ke bunga-bunga tersebut. Sepertinya semua bunga di sini baru selesai disiram. Tampaknya segar dan daunnya basah. Menurut literatur, Bunga Kastuba adalah tanaman subtropis yang berasal di sekitaran Amerika.
Teman saya yang memilih bunga, sementara saya cukup mengamati. Biasanya orang asli sini lebih paham mana bunga yang menurutnya bagus dibanding orang seperti saya. Dua bunga sudah dipilih, saya bawa ke bagian penjual.
Bunga Kastuba yang biasa laris dibeli saat desember |
Entahlan, saya lupa harganya. Jika tidak salah memang antara 20.000 – 25.000 rupiah. Diikatnya dua bunga serta dijadikan satu pada wadah plastik. Saya menaruh bunga tersebut di bagian depan motor sebelum nantinya naik bus ke Jogja dari terminal Magelang.
Dari informasi kawan, tempat ini memang khusus untuk para penjual bunga yang nantinya dibeli dalam jumlah besar. Tiap bunga yang dijual di tepian jalan, mereka membeli bunga dari tempat ini. Sehingga di sini harganya jauh lebih murah.
Dari Kopeng, saya tidak hanya membawa cerita, foto, dan rekaman liputan. Saya juga membawa dua bunga Kastuba yang dipesan kolega. Mungkin kolega ingin menjadikan bunga ini sebagai teman dalam merayakan natal.
“Setelah desember biasanya daunnya hijau. Kalau tidak dirawat tahu-tahu daunnya hilang semua, tingga tangkainya,” Celetuk kawan sewaktu menerima bunga dari saya.
Benar saja, hingga sekarang di tahun 2020, dua pot Bunga Kastuba masih ada. Hanya saja tinggal tangkai tanpa ada daunnya. Sekilas malah mirip daun bunga yang diserang hama Belalang. Untungnya, saya sudah mengabadikan kolega yang berfoto dengan bunga tersebut. *Kopeng, Desember 2019.
0 Komentar