Ticker

6/recent/ticker-posts

Kopi Pringgading Purbalingga, Bungkus Kemasan dari Besek Bambu

Menyeduh kopi Pringgading Purbalingga
Menyeduh kopi Pringgading Purbalingga
Suatu ketika saya mengunjungi rumah kawan yang ada di Karimunjawa. Kami sekadar bersantai sambil berbincang terkait Algoritma Instagram sekaligus memberi masukan untuk lebih aktif dalam memosting foto di akun instagramnya. 

Terlebih dia menggunakan akun Instagram tersebut untuk bekerja. Dari Instagram, dia menawarkan paket liburan ke Karimunjawa. Kami berbincan mengenai target hingga bagaimana postingan di Instagram tidak hilang begitu saja tanpa ada yang mengetahui. 

Tidak lengkap rasanya jika obrolan semacamini tanpa menyeduh kopi. Dia berujar jika mempunyai stok kopi yang dikirim dari temannya di Purbalingga. Nama kopinya adalah “Kopi Pringgading”. 

Diambilnya sebuah besek anyaman bambu. Ternyata ini adalah bungkus kemasannya. Pun uniknya, tiap kopi tidak dibungkus menggunakan plastik, tapi menggunakan bungkus jagung kering. Sebuah pemandangan yang unik bagi saya. 

Saya pecinta kopi. Selama di Jogja hampir tiap seminggu pasti menyempatkan sekali ke kedai kopi. Lebih banyak lagi menyeduh kopi yang manual seduh. Kali ini, saya menyeduh biasa. Membuat kopi tubruk. 

Kopi Pringgading yang berasal dari Purbalingga ini terbagi menjadi beberapa varian. Pemilik kopi menuliskan hasil roastingnya pada bungkus jagung kering dengan inisial. Seingat saya, ada inisial N, H, FW, dan M. 
Kopi Pringgading dikemas menggunakan besek
Kopi Pringgading dikemas menggunakan besek
Jika tidak salah arti inisial-inisial tersebut mempunyai keterangan Natural, Honey, Full Wash, dan Medium. Ini menurut saya, karena teman yang diberi bingkisan kopi tidak bisa menjelaskan lebih detail terkait kopinya. 

Saya sedikit penasaran dengan lokasi Pringgading yang adai di Purbalingga. Biasanya penamaan kopi tidak jauh-jauh dari nama lokasi penanamannya. Pun dengan nama Pringgading dalam kemasan kopi tersebut. 

Pringgading adalah nama dusun yang berada di Desa Purbasari, Kecamatan Karangjambu, Purbalinnga. Dari literatur yang saya dapatkan, ada beberapa tulisan tentang kopi hitam dari sana. Sudah lumayan terkenal juga kopinya. 

Di dalam besek ayaman bambu, sudah terdapat banyak bungkusan kecil bubuk kopi. Sepertinya satu bungkus takarannya satu gelas kecil. Saya mengambil yang bertuliskan M, lalu membuka ikatannya dan menuangkan ke gelas. 

Aroma kopi terhirup, namun tidak setajam bungkus kopi teman yang memilih FW. Saya memilih tidak menggunakan gula, sementara teman saya sengaja memberi tambahan gula. Usai menyiapkan ketel dan air panas, kami menyeduh layaknya membuat kopi tubruk. 
Menikmati Kopi Pringgading Purbalingga
Menikmati Kopi Pringgading Purbalingga
Dari tampilan, ada yang sedikit berbeda. Kopi yang ditambahi gula, ampasnya agak lama terapung. Sementara yang tidak menggunakan gula, ampasnya cepat tenggelam. Untuk rasa, kopi bertuliskan M rasanya lebih tipis. 

Berhubung saya memang suka yang medium, sehingga saat menyeduh kopi ini rasanya pas. Namun, bagi saya pribadi, ini takaran airnya terlalu banyak. Maklum, saya hanya menuangkan sesuai dengan takaran gelas. Harusnya memang saya kurangi. 

Terlepas dari ini semua, saya rasa kopi Pringgading cukup sesuai dengan lidah saya. Di Jogja dan sekitarnya, kopi dari Purbalingga belum banyak didapatkan, mungkin harus lebih giat lagi melakukan pemasaran. Sehingga dikenal layaknya kopi Temanggung atau Wonosobo.

Posting Komentar

0 Komentar