Ticker

6/recent/ticker-posts

Ada Kain Batik Khas Lamongan

Mengunjungi desa pembuat batik Lamongan
Mengunjungi desa pembuat batik Lamongan
Kunjungan ke Lamongan memang hanya direncanakan. Namun, kami tidak sedikitpun membuat daftar destinasi kunjungan. Intinya, bermain ke Lamongan hanya untuk melepas penat sembari dijadikan waktu kumpul teman-teman blogger. 

Entah bagaimana caranya, kami tiba-tiba memutuskan untuk mengunjungi sebuah desa yang memproduksi kain batik. Saya sendiri baru tahu jika di Lamongan juga ada batiknya meski tidak familiar di kalangan khalayak masyarakat. 

Sepulang dari Paciran, kami mengendarai mobil menuju tempat pembuatan batik. Perjalanan ini ditemani pemandu dari Paciran yang sudah terlebih dulu berkomunikasi dengan kami. Jalan kecil semacam labirin, jika sempat berpapasan, tentu salah satu harus mengalah. 

Kawasan Paciran ini menarik perhatianku. Meski lokasinya berada di perbukitan, namun rumah penduduk sangat padat. Saking padat dan banyak jalan kecil, kami sempat tersesat beberapa saat di tempat ini. Sebuah pengalaman yang lucu sekaligus menyenangkan. 

“Mobil parkir di sini saja, kita jalan kaki,” Terang pemandu. 
Menuju salah satu rumah produski batik
Menuju salah satu rumah produski batik
Setahuku, jarak antara lokasi desa ini dengan Paciran tidak jauh. Perjalanan juga tidak lebih dari 15 menit naik mobil dengan laju lambat karena jalan kecil. Kami diajak mengunjungi salah satu rumah pembuat batik tulis di Lamongan. 

Penghuni rumah sedikit kaget kala rombongan kami datang. Mereka tidak menyangka ada wisatawan yang berkunjung. Sedikit tergopoh-gopoh, pemilik rumah menghampiri kami sembari mengenalkan diri. Sesuai nama yang tertera di plang depan rumah, ibu ini bernama Bu Sholihatun. 

kami dipersilakan melihat tempat produksi batik. Di dalam sudah ada dua bapak yang bekerja. Salah satu bapak yang bekerja sedang melakukan proses pewarnaan. Di Jogja, saya pernah melihat aktivitas serupa, namanya ploco
Melihat proses pemberian warna kain
Melihat proses pemberian warna kain
Kegiatan ini bertujuan untuk melepas malam yang ada di kain sembari melihat hasil corak setelah diberi warna. Pewarnaan di tempat ini beragam. Ada yang menggunakan pewarna alami dan juga buatan. Semua tergantung permintaan. 

Masih di rumah yang sama, namun berbeda ruangan. Selembar helai kain terpasang. Tiap sudutnya disematkan dengan pengait, sehingga kain di dalam tergelar. Kain putih ini sudah terdapat garis-garis motif. Nantinya yang mengerjakan tinggal mewarnai motif tersebut dengan warna sesuai keinginan. 

Sedikit aneh menurutku, di sini memberi warna pada kain seperti kita sedang melukis di kertas kosong. Biasanya, kita melihat orang membatik dengan duduk serta memberi motif di depan seperti sedang melukis pada kanvas yang terpasang di depan. 

Proses pengerjaan batik cukup lama. Satu kain panjang, proses dari kain polos hingga menjadi batik berbagai motif memerlukan waktu hingga 15 hari. Proses panjang ini biasanya sesuai dengan hasilnya yang memuaskan. Pengerjaan lama biasanya jika batik tulis dengan warna alami. 
Membuat motif batik
Membuat motif batik
Satu hal yang aku masih penasaran adalah motif batik di Lamongan. Motif dan warna di sini cenderung klasik. Selain itu, pihak pembuat batik mengikuti permintaan pasar. Jadi tidak ada pakem harus motif apa, tinggal melakukan sesuai yang diinginkan kolega. 

Obrolan dengan tuan rumah makin lama. Kami diizinkan melihat tempat memajang batik. Di rumah ini sudah ada semacam toko yang menjual kain batik. Batik ini milik keluarga, sementara pangsa pasarnya sudah ada pelanggan sendiri. 

Pihak pembatik tinggal mengerjakan proses membuat batik. Jika sudah selesai, nantinya pelanggan datang dan mengambil barang sesuai pesanan. Kisaran harga batik di tempat ini antara Rp.150.000-Rp.500.000. Tergantung jenis kain dan bahan yang digunakan saat membuat kain. 
Kain batik yang sudah jadi
Kain batik yang sudah jadi
Tak lama kami di sini, selanjutnya meminta izin melanjutkan perjalanan. Setidaknya dalam kunjungan ke batik Lamongan di sini, ada satu bingkisan yang dibeli salah satu teman rombongan. Meski kami tidak semuanya membeli, kami sangat berterimakasih sudah bisa diperbolehkan masuk dan melihat proses pembuatannya. 

Salah satu yang saya sesalkan adalah, saya lupa mencatat daerah pengrajin batik ini di mana kampungnya. Intinya masih di sekitar Paciran, Lamongan. Semoga ke depannya, batik Lamongan lebih dikenal layaknya batik-batik yang ada di Indonesia. Semoga saja! *Lamongan, 23 Desember 2017.

Posting Komentar

0 Komentar