Ticker

6/recent/ticker-posts

Menunggu Waktu di Djago Resto Jepara

Tea Tarik dan Pisang Coklat
Teh Tarik dan Pisang Coklat
Pengumuman ditundanya kapal berlayar membuat saya kebingungan. Sedari malam saya sudah ngemper di Pelabuhan Pantai Kartini. Berharap bisa antre tiket pertama, tapi kabar kurang baik datang. Kapal ditunda karena ada masalah di mesinnya. 

Saya bergegas mengubah rencana, berjibaku dengan calon penumpang lain yang ingin menyeberang ke Karimunjawa. Saya akhirnya mendapatkan tiket kapal penyeberangan pukul 16.00 WIB. Penyeberangan tambahan dari kapal cepat. 

Waktu masih panjang, saya menontarkan pertanyaan di WAG tempat tongkrongan yang sudah buka pukul 09.00 WIB. Jawaban dari teman Jepara mengarahkanku pada Djago Resto. Bergegas saya memesan ojek daring menuju ke lokasi. 

Berlokasi di Jalan Dr Sutomo No.15 Kauman, Djago Resto mempunyai lahan yang cukup luas. Ada dua konsep yang saya lihat. Di dalam semacam Coworking Space, sedangkan di luar konsep Bar. Saya bergegas memasuki ruangan dan mencai temat kasir. 
Pramusaji sekaligus kasir di Djago Resto Jepara
Pramusaji sekaligus kasir di Djago Resto Jepara
Dua perempuan muda sedang berjaga, sepertinya saya menjadi orang pertama yang datang. Sembari membolak-balikkan daftar menu, saya bertanya apakah di sini tersedia kopi yang Manual Brewing. Sayangnya tidak tersedia, sehingga pesanan saya alihkan ke menu yang lainnya. 

“Teh Tarik dan Camilannya Pisang Coklat,” Ujarku. 

Daftar menu di resto ini lumayan besar dan banyak. Sebenarnya saya ingin memesan Singkong Goreng, sayangnya tidak tersedia. Kupilih tempat duduk yang tidak jauh dari tempat kasir. Tiap area duduk terdapat stop kontak yang bisa digunakan. 

Djago Resto Jepara baru buka pertengahan 2016. Konsep resto ini bisa dibilang seperti Coworking Space. Di bagian dalam terdapat banyak ruangan yang bisa digunakan. Ruangan untuk rapat pun tersedia. 
Sudut meja bagian dalam resto
Sudut meja bagian dalam resto
Saya mengelilingi tiap sudut ruangan. Berbagai figura foto terpasang. Tidak ketinggalan lukisan RA Kartini di salah satu ruangan. Bagian dalam ruangan memang cocok untuk Coworking Space. Tempat duduk berbentuk sedemikian rupa berkombinasi warna yang kalem. 

Restoran ini buka sejak pukul 09.00 – 23.00 WIB. Sewaktu di sini, baru ada saya dan menyusul dua rombongan tamu yang lainnya. Saya menunggu pesanan datang sembari membaca buku bacaan yang sempat terbengkalai. 

Menurut salah satu pramusaji, tempat ini lebih sering digunakan untuk rapat. Para pengunjung pun beragam, paling banyak malahan dari mahasiswa Unisnu. Mereka biasanya mengerjakan tugas kampus di tempat ini. 

Menjelajah bagian luar, konsepnya berbeda. Semacam bar terbuka. Tempat ini juga diperbolehkan untuk merokok. Lahan resto yang luas membuat pihak pemilik resto bisa membuat konsep tempat seperti ini. 
Sudut meja bagian luar resto
Sudut meja bagian luar resto
Pengunjung resto ramai pada saat-saat tertentu. Biasanya menjelang sore sampai malam adalah waktu yang ramai. 

“Kalau masih pagi santai mas. Kalau nanti sore baru ramai pengunjungnya.” 

Sesaat kemudian menu yang saya pesan sudah datang. Teh Tarik dan Pisang Coklat menjadi santapan pagi. Urusan rasa, saya pikir masih seperti resto-resto lain yang pernah saya kunjungi. Belum terasa spesial rasanya. Kalau suasana tempatnya bagiku sudah cocok, biarpun terkadang musik terlalu kencang. 

Cukup lama waktu yang saya habiskan di sini. Sempat juga menilik bagian kamar mandi. Tempat kamar mandinya tidak luas, dan agak kesulitan bagi yang berbadan gempal kalau masuk. Terlepas dari itu semua, bagi saya tempat ini lumayan asyik untuk bersantai. 
Sajian menu yang saya pesan
Sajian menu yang saya pesan
Seperti yang saya utarakan dari awal. Tujuan ke sini memang untuk menghabiskan waktu sembari menunggu jadwal kapal menyeberang sore hari. Jadi sepenuhnya saya di sini bersantai sembari membaca buku bacaan yang sudah saya beli sejak tahun kemarin. 

Benar kata pramusaji. Menjelang siang mulai ada beberapa pengunjung yang ingin makan siang sekaligus rapat. Saya sendiri tidak sampai sore, pukul 14.00 WIB meninggalkan Djago Resto menuju pelabuhan. Mungkin bagi yang ingin bekerja di luar rumah bisa ke tempat ini. 
Menyempatkan baca dan foto buku dari penerbit Mojok
Menyempatkan baca dan foto buku dari penerbit Mojok
Untuk harga menu berkisar 15.000, dan muntuk makanan berat pun tersedia dengan harga yang lebih. Setiap tempat mempunyai keunggulan dan kekurangan, pun dengan tempat ini. Bagi saya yang hanya menyicipi camilan, rasanya masih seperti di tempat-tempat yang lain. Mungkin esok bisa mencoba makan siang di sini. 

Djago Resto Jepara menurutku asyik dikunjungi saat pagi, karena kita bisa menikmati waktu yang tidak terlalu ramai dan asyik buat bekerja. Khususnya para pekerja lepas yang mendapatkan tugas mendadak. Suatu saat, saya harus singgah di sini lagi, bertemu dengan teman-teman Jepara. *Djago Resto Jepara, 07 September 2018.

Posting Komentar

0 Komentar