Novel Sang Patriot: Sebuah Epos Kepahlawanan Karya Irma Devita/ Koleksi Pribadi |
Judul: Sang Patriot: Sebuah Epos
Kepahlawanan
Penulis: Irma Devita
Penerbit: Dinamika Publisher
No ISBN: 987-602-14969-0-9
Tahun Terbit: Pebruari, 2014
Halaman: 280 halaman
Kategori: Kisah Nyata
Irma Devita dengan detail dan runtut
menuliskan perjuangan Letkol Moh. Sroedji. Salah satu pejuang dari Kabupaten
Jember. Penulis menceritakan sisi-sisi lain perang kemerdakaan pada masa tahun
1942 – 1949. Perang yang mengorbankan banyak pahlawan tanpa dikenal sebelumnya.
Sosok-sosok pejuang yang hanya dikenal oleh segelintir orang.
Sang Patriot, begitulah judul
novelnya. Cerita ini bukanlah fiktif, kisah yang memang terjadi pada masa
tersebut. Letkol Moh. Sroedji menjadi sosok yang diceritakan tidak lain adalah
kakek dari penulis, Irma Devita. Penulis menceritakan secara
sepenggal-sepenggal, dengan alur mundur. Namun pada akhirnya terkumpul dan
benang merahnya dapat tersambung.
Sroedji kecil adalah anak dari
pasangan dari Hasan dan Amni; suami istri yang berasal dari Bangkalan. Sosok
dari kecil sudah terlihat rupawan, dan menjadi orang yang hebat. Ketika itu
masa penjajahan cukup sulit untuk bersekolah. Sroedji pun bingung apakah dia
akan sekolah atau tidak.
Tumbuh besar pada masa penjajahan
membuat dirinya makin berpikiran untuk ikut bela negara. Ketika dia menikah
dengan Rukmini, sang istri yang mempunyai cerita unik kala mereka menikah, dan
akhirnya melahirkan anak. Jiwa Sroedji gusar ketika dia mendapatkan selembar
koran tentang perekrutan menjadi tentara.
Bulat tekadnya membela negara, ingin
mengusir penjajah dari tanah Indonesia. Sroedji lantas ikut pelatihan
berbulan-bulan, merasakan pahit dan getir di masa latihan, dan tentunya harus
meninggalkan keluarganya demi negara.
Masa perang berkecamuk, khususnya di
Jawa Timur. Letkol Moh. Sroedji bergerilya bersama pasukannya di bawah
bayang-bayang penjajah yang semakin bengis. Perang tidak hanya tentang senjata,
mereka mengandalkan insting ketika paham lokasi, menyerang di malam hari karena
perbandingan pasukan yang tidak seimbang. Namun semangat lebih baik mati
daripada terjajah menjadi semboyan mereka.
“Inilah saat yang tepat untukku menyumbangkan tenaga dan pikiran demi
membela tumpah darahku – halaman 46.”
“Kita tidak memenangkan sebuah pertempuran, tapi kita telah memenangi
peperangannya –halaman
86.”
“Anakku, kita keluarga Sroedji. Keluarga pejuang. Bapakmu sekarang
berjuang mengusir penjajah. Kita pun harus berjuang, kuatkan dirimu, satu bukit
lagi sayangku. Kuatkan dirimu ya Nak. Bantu ibumu – halaman 125.”
“Suamiku, istirahatlah kamu di sana. Aku selalu mencintaimu. Aku janji,
akan membesarkan anak-anak kita. Mereka akan menjadi orang-orang hebat
sepertimu, Pak. Tunggu aku di pintu surga kelak, Pak – halaman 250.”
Letkol Moh. Sroedji gugur di tangan
Belanda. Jasadnya diperlakukan tidak manusiawi oleh penjajah. Tujuan
Belanda jelas, mereka mengintimidasi penduduk agar tidak melawan. Namun
penduduk makin tersulut semangat Letkol Moh. Sroedji. Mereka melawan dengan
senjata apapun di tangannya.
Ada banyak pelajaran yang didapatkan
ketika kita membaca novel Sang Patriot. Kita masuk ke dalam dunia yang jarang
terekspos jasanya. Letkol Moh. Sroedji adalah salah satu contoh pahlawan yang
tidak begitu dikenal oleh khalayak umum, namun jasanya sangat besar. Kita
percaya di tempat-tempat lain juga pasti ada Letkol Moh. Sroedji lain.
Selain itu, hubungan antara Letkol
Moh. Sroedji dengan penulis sangat kental. Menceritakan sosok kakek yang
merupakan pejuang, dan salah satu orang yang ditakuti Belanda tentu menjadi
gemuruh sendiri bagi penulis. Termasuk ketika penulis menceritakan secara
detail bagaimana penyiksaan sang kakek saat gugur.
Sang Patriot adalah cerita nyata
sebagai pelecut kita para generasi sekarang agar tetap mencintai Indonesia
secara utuh. Kita tentu tidak akan melupakan para jasa pahlawan yang sudah
mempertaruhkan nyawa mereka untuk kemerdakaan dan keutuhan Negeri Indonesia.
0 Komentar