Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Dari Twitwar ke Twitwar Karya Arman Dhani

Buku Dari Twitwar ke Twitwar Karya Arman Dhani
Buku Dari Twitwar ke Twitwar Karya Arman Dhani

Buku Dari Twitwar ke Twitwar ini sudah lama saya beli. Saking lamanya, saya sendiri lupa tahun kapan membelinya di Buku Mojok. Di tahun 2021, saya mempunyai misi membaca minimal dua buku dalam sebulan. Hari ini, saya mulai dengan membaca buku ini. 

Seperti waktu-waktu sebelumnya. Saya meluangkan baca buku kala senggang sembari menyesap kopi. Rebahan di kamar kos, atau sedang duduk santai di teras sembari melihat lalu-lalang anak kos tanpa tujuan. 

***** 

Judul: Dari Twitwar ke Twitwar 

Penulis: Arman Dhani

Penerbit: Buku Mojok 

Tahun Terbit: 2015 

No ISBN: 978-602-1318-17-1 


Dari Twitwar ke Twitwar adalah buku yang di dalamnya berupa kumpulan pendapat ataupun kritikan dari Arman Dhani yang menyikapi kejadian-kejadian di Indonesia. Berbagai tulisan dalam rentang 2013-2015 tersaji menarik di bukunya. 

Arman Dhani dikenal sebagai penulis satire, tapi bagi sebagian besar orang mengenalnya sebagai seorang selebtwit. Mungkin ini juga yang membuat judul buku dikaitkan dengan media sosial khususnya twitter. 

Seperti yang diterangkan penulisnya, topik buku ini adalah tulisan satire yang dimuat di blog pribadi dan beberapa media massa daring. Buku ini adalah kumpulan terpilih tulisan-tulisan tersebut. Sehingga, tulisan-tulisan di buku ini kadang tidak saling berkaitan. 

Sebagai penulis satire, Arman Dhani sangat jeli menulis dengan sudut pandang yang berbeda. Berbagai peristiwa dalam kurun waktu tiga tahun dikemas dengan menarik, menguliknya dari sudut lain, hingga memprotes dengan bantahan yang disertai gagasan, 

Seorang penulis harus bisa mengajak pembacanya untuk berpikir terbuka pada suatu kasus atau kejadian tertentu. Seperti itulah yang dilakukan Arman Dhani pada buku Dari Twitwar ke Twitwar. Pembaca harus bisa secara terbuka menelaah suatu persoalan dan mempunyai pendapat dari hasil telaahnya sendiri. 

Bacaan-bacaan di buku ini menarik. Kombinasi antara surat terbuka, hingga mengulas permasalahan global yang tentu mempunyai benang merah dengan permasalahan di Indonesia ditulis secara runtut disertai dengan bukti yang valid. 
*****
Membaca buku kala pagi
Membaca buku kala pagi

Sentilan kepada pemimpin ketika ada dua kasus yang sama tapi beda tindakan pun tersaji. Salah satu yang dipaparkan adalah kasus dari kurir narkoba. Sama-sama sebagai kurir tapi berbeda dalam memberi putusan. Sentilan ini menarik. 

Atau bagaimana kasus besar yang meledak di awal sebagai janji akan diuraikan (meski belum tentu terselesaikan) menguap pada masa-masa pemerintahan. Arman Dhani cakap dalam hal mengulik dan mengingatkan janji pemimpin walau belum tentu dibaca. 

Pun dengan kasus-kasus yang lainnya. Penulis begitu konsen pada masalah-masalah tertentu, tentu yang berkaitan dengan kesenjangan sosial serta HAM. Sesuai dengan minat dan jurusan yang penulis dapatkan selama kuliah. 

Ada satu alenia yang menarik dan wajib saya sertakan pada buku ini. Kalimat tersebut bisa kalian baca pada sampul belakang buku “Buku ini merupakan hasil pemikiran manusia medioker di tengah manusia-manusia medioker lain. Saya menulis sementara yang lain hanya bisa berkomentar dan berbicara.” 

Sebuah sentilan tepat di lambung seseorang bukan? Bagaimana ketika banyak orang hanya berkoar-koar di kolom komentar media sosial, lalu lenyap dilibas oleh waktu. Sementara tulisan Arman Dhani sudah tersimpan rapi dalam bendelan yang bernama buku, serta tersimpan satu eksemplar di Perpusnas. 

Bagi saya sendiri, buku ini menarik untuk dibaca. Meski penulisannya banyak tercipta karena kejadian antara tahun 2013-2015 serta beberapa tentang isu lama yang belum ada titik terangnya hingga sekarang, dari buku ini kita bisa melihat suatu masalah melalui sudut yang lebih luas. 

Pun jika kalian ingin menulis artikel satire, saya rasa tulisan-tulisan Arman Dhani bisa dijadikan referensi. Setidaknya, kalian bisa menyerap ilmu dari dia melalui tulisannya, meski tidak pernah tahu siapa sih Arman Dhani itu.

Posting Komentar

0 Komentar