Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Menyusuri Garis Bumi – Karya Clement Steve

Resensi Buku Menyusuri Garis Bumi – Karya Clement Steve
Resensi Buku Menyusuri Garis Bumi – Karya Clement Steve

Di antara daftar buku yang saya pesan, Menyusuri Garis Bumi adalah judul yang menarik perhatian. Waktu itu saya sengaja melengkapi buku yang ingin dibeli. Diskon besar-besaran dari website Gramedia membuat saya memilah-milah buku bacaan yang ingin dikoleksi. 

Lama menjadi hiasan di meja kamar. Saya mengebut satu-persatu koleksi untuk dibaca. Di awal bulan Juni 2020, setiap pagi saya ditemani secangkir kopi dan bacaan buku. Sewaktu kawan sedang asyik bermain gawai, saya berbaur membaca buku. 

***** 

Judul: Menyusuri Garis Bumi 

Karya: Clement Steve 

Penerbit: Grasindo 

ISBN: 978-602-251-707-8 

Tahun Terbit: Oktober 2014 

Kategori: Catatan Perjalanan 


Catatan Perjalanan dari Gunung ke Gunung, dari Lembah ke Lembah

Buku ini bercerita bagaimana pengalaman seorang pecinta alam yang mendaki gunung. Menuturkan keindahan alam Indonesia berbalut petualangan yang menyenangkan sekaligus mendidik. Seharusnya, pendaki sekarang belajar dari pengalaman di sini. 

Clement Steve menceritakan secara rinci tentang catatan perjalanan ketika dia dan kawannya mendaki gunung. Berlatarkan tahun 1970an, hingga pendakian terakhir tahun 2008, Steve bisa mengingat dengan baik segala momentum. 

Petualangan mendaki gunung bukan perkara mudah, ada banyak permasalahan yang menjadi risiko. Cuaca buruk, kurang teliti dalam membawa perlengkapan, makanan, atau yang lainnya. Di sini, Steve menulis dengan rasional tanpa ada bumbu-bumbu kalimat yang melebihkan. 

Tercatat 29 puncak gunung di Indonesia sudah didaki, 90 kali pendakian terealisasikan. Steve mengingat tiap memori kala mendaki dengan membuat catatan kecil perjalanan. Menulis apa yang dialami, hingga bertemu dengan siapa-siapa di setiap destinasi. 

Pendakian yang diceritakan di buku Menyusuri Garis Bumi ini lebih banyak di Jawa. Ada juga pengalaman ketika Steve dan kawan-kawan mendaki gunung Agung, Gunung Rinjani, hingga melewati rute menantang kala mendaki Gunung Kerinci. 

Tidak hanya gunung, Steve juga memaparkan perjalanannya saat menyambangi Ujungkulon, menyibak hutan untuk melihat binatang endemik di sana. Atau malah bergabung dengan peneliti serangga dan yang lainnya di Ketambe, hingga berinteraksi dengan masyarakat Baduy. 

Masih banyak cerita dari catatan perjalanan Steve yang bisa kita nikmati melalui rangkaian kata di buku Menyusuri Garis Bumi. Setidaknya, rangkaian kalimat pada ‘catatan perjalanan dari gunung ke gunung, dari lembah ke lembah’ adalah kisah nyata yang harus kita baca. 

Dari tulisan yang ada di buku Menyusuri Garis Bumi, saya menyukain beberapa kalimat di sini. Berikut salah satunya; 

“Pergilah dan carilah tempat lain yang belum kamu kunjungi, bila kamu menganggap daerah yang sudah dikunjungi telah berubah – halaman 74” 

“Rasa persahabatan di atas gunung lain, lebih akrab karena kami telah mengalami suka dan duka bersama-sama selama pendakian. Makin sering seseorang mendaki gunung dengan teman yang sama, tali persahabatan makin erat – halama 166” 
Membaca buku sembari menyesap kopi
Membaca buku sembari menyesap kopi

Pendapat Saya tentang Buku Menyusuri Garis Bumi 

Membaca pengalaman perjalanan Steve, saya berdecak kagum. Di kala tahun 1970an, dia mendaki banyak gunung. Tidak hanya mendaki, catatan-catatannya juga lengkap. Termasuk foto dokumentasi yang diambil dari berbagai kawannya sebagai lampiran. 

Tulisan dia tidak hanya tentang pengalaman mendaki gunung, tidak ada tips bagaimana calon pendaki menuntaskan hasrat agar bisa sampai puncak. Steve lebih pada empati, tulisannya menarik karena berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan baik. 

Setiap gunung yang didaki, dia mencatat dengan rinci. Bersama siapa mendakinya, bahkan tertera jelas tanggal pendakian. Menariknya, dia juga memberikan informasi lengkap siapa yang pertama kali mendaki gunung melalui literatur tambahan, jenis pepohonan yang di sana hingga pos-pos perhentian. 

Steve menekankan jika setiap pendakian itu tidak semuanya berjalan dengan mulus. Tak semua pendaki harus sampai puncak. Jika memang tidak memungkinkan, jangan memaksakan dan menuruti ego. Pendakian terbaik adalah pulang dengan selamat. 

Keunggulan tulisan ini adalah, penulis (Steve) dengan rinci menceritakan proses pendakian. Di setiap basecamp, dia dengan detail menuturkan bertemu dengan siapa-siapa warga setempat yang dikenalinya. Bahkan, dari perkenalan menjadi semaca saudara jauh. 

Perjalanan bukan tentang bagaimana berangkat, mencapai hasil, lalu pulang. Steve menekankan jika interaksi dan berbaur dengan masyarakat setempat adalah mutlak harus dilakukan. Mencari informasi detail dari masyarakat hukumnya wajib. 

Sebagai orang yang suka menulis perjalanan di blog, saya angkat topi dengan tulisan Steve. Dia tidak menceritakan keindahan alam dengan diksi yang sangat menyanjung. Tapi cukup dengan perkataan indah. Indah pada masanya pasti jauh lebih eksotik dari pada saat ini. 

Jika kalian suka mendaki gunung, suka bepergian, buku ini menarik untuk dibaca. Bagaimana penulis menceritakan kondisi gunung yang didaki, jalur yang dilewati, sampah di atas gunung, atau motivasi seseorang mendaki. Terima kasih atas catatannya Steve. Bukumu menginspirasi.

Posting Komentar

0 Komentar