Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Buku Kesetrum Cinta Karya Sigit Susanto

Buku Kesetrum Cinta
Buku Kesetrum Cinta

Seingat saya, buku kumpulan cerita Kesetrum Cinta ini saya beli dari Mojok tahun 2018. Intinya beli buku ini sepaket dengan Tamasya Bola, Dari Twitwar ke Twitwar (kedua buku tersebut belum sempat terbaca). Dan buku mala lagi, saya lupa. 

Di tahun 2020, saya berusaha untuk konsisten membaca. Setidaknya sabu bulan mencoba satu buku. Tiba waktunya menyelesaikan kumpulan cerita tulisan Sigit Susanto. Saya baca di sela-sela waktu santai dan tidak ada target selesai cepat. 

***** 

Judul: Kesetrum Cinta 

Karya: Sigit Susanto 

Penerbit: Mojok 

ISBN: 978-602-1318-32-4 

Tahun Terbit: 2016 

Kategori: Kumpulan Cerita 

Kisah Jenaka Pria Jawa Menikah dengan Perempuan Swiss 

Sigit Susanto, lelaki dari Jawa Tengah yang pada akhirnya mendapatkan pendamping hidup perempuan dari Swiss. Perkenalan mereka diawsali dari Claudia Beck bervakansi ke Indonesia. Hingga pada akhirnya mereka bisa saling menambatkan hati. 

Perbedaan negara membuat semuanya terasa unik. Begitulah yang Sigit alami. Urusan cinta mungkin sudah unik, tapi perbedaan budaya serta latar belakang negara pun jauh lebih menantang. Di sini, keduanya diceritakan saling mempelajari budaya pasangannya secara langsung. 

Proses pembelajaran inilah yang dicatat dalam buku Kesetrum Cinta. Berbagai cerita penuh tawa, menginspirasi, dan kadang sendu pun tersaji. Kisah-kisah insan yang saling belajar membuat pembaca makin penasaran. 

Penulis menuangkan semua pengalaman dengan jujur dan lugu. Tanpa ada embel-embel apapun. Berbagai keunikan sewaktu penulis tinggal di Swiss tersaji. Bagaimana prilaku masyarakatnya yang berbanding terbalik dengan di Indonesia. 

Pun dengan Claudia Beck, rasa ingin tahu tinggi dengan masih membawa kedisiplinan tinggi dan keteraturan di negaranya harus merasakan berbagai pengalaman ketika di Indonesia. Hidup di kampung yang sederhana dengan kebudayaan Jawa masih sangat kental. 

“Kejadian per kejadian menimpa. Ketika aku sedang sakit, dia ucapkan dalam bahasa Indonesia ‘Selamat Sehat’ – Halaman 1” 

“Maksudnya, Mas, kalau lutungnya perlu sesuatu di alam sana, maka ia bisa pakai uang itu – Halaman 90” 

“Banyak orang tak menyadari bahwa menjadi orang berpandangan internasional tak harus pergi ke barat, bisa lewat proses indonesianisasi di negeri sendiri – halaman 214” 
Mengopi sembari membaca buku
Mengopi sembari membaca buku


Penilaian Saya tentang Buku Kesetrum Cinta 

Sebenarnya buku ini ringan dibaca. Lebih dari 130 cerita pendek yang ada di sini. Semua cerita mengisahkan antara Sigit ataupun Claudia. Cerita ini kombinasi di Indonesia, Swiss, hingga di negara-negara tempat bervakansi. 

Seperti sejak awal saya ulas di atas. Buku ini bercerita bagaimana seorang perempuan bule yang meniokah dengan orang Indonesia. Di sini muncullan banyak pengalaman yang mungkin aneh bagi keduanya. Kultur berbeda membuat harus belajar dari awal. 

Cerpen-cerpen di buku ini dominan lucu. Tapi, ada juga yang beberapa cerpen agak panjang dan menyentuh hati. Di satu sisi, saya tertawa kencang setelah membaca sembari membayangkan. Di waktu tak lama, saya berubah menjadi sedih dan senyap. 

Dari berbagai cerita ini, saya bisa belajar bagaimana rasanya seseorang yang jauh dari rumah dan rindu dengan kampung halaman di masa lampau. Rasa kangen rumah dengan suasana ala orang desa tetap menggelayut di negara yang hidupnya penuh keteraturan. 

Cerita menyentuh hati seperti saat membantu nenek-nenek, atau bagaimana perjuangan saat menolong anak anjing dan yang lainnya. Saya tidak akan ceritakan di sini, agar kalian penasaran dan membacanya sendiri di lain waktu. 

Bagaimana dengan cerita yang lucu? Tentu ada banyak cerita lucu. Saya mencoba memilih cerita yang lucu menjadi tiga judul, yakni; Selamat Sehat, Kon’nichiwa, dan Kacamata Renang. Ini saya pilih tiga, untuk cerita lucu yang lainnya baca sendiri. 

Pada akhirnya, saya harus mengucapkan terima kasih kepada penulis yang menjabarkan secara gamblang berbagai pengalaman uniknya saat mempelajari kebudayaan barat. Pun dengan Claudia yang sangat antusias dengan kebudayaan di Indonesia. Sebuah catatan kehidupan yang mesra, begitulah menurut saya.

Posting Komentar

0 Komentar