Novel Guru Aini Karya Andrea Hirata |
Berbarengan dengan informasi di Twitter terkait adanya pre order karya terbaru Andrea Hirata. Di gawai, sebuah pesan panjang dari salah satu toko buku menginformasikan kabar yang sama. Bahkan, lengkap dengan tautan untuk melakukan pembelian.
Saya termasuk getol membeli karya Andrea Hirata secara pre order. Tanpa menunggu waktu lama. Bergegas saya menekan tautan di WA. Lantas diarahkan pada keranjang situs buku. Dari histori, tertera beberapa item judul buku yang sudah saya beli di beberapa tahun terakhir.
Tepat di peralihan bulan, novel tersebut sudah dikirimkan ke saya. Sesuai dengan ketentuan di awal. Bulan Februari novel Guru Aini sudah di meja kerja. Saya membuka dan membaca. Hingga akhirnya novel tersebut tuntas saya baca di pertengahan minggu pertama di bulan Februari.
Desi, perempuan yang mempunyai minat tinggi untuk menjadi guru matematika ingin berkelana. Dia berharap ketika sudah menyelesaikan perkuliahan, diambil sumpahnya, dia bermimpi untuk mengabdi kepada negara. Di manapun tempatnya.
Menjadi guru matematika adalah cita-cita Desi sejak kecil. Berbagai banyak godaan yang lain, tak membuat dia bergeming. Bahkan, menjadikan dia semakin yakin jika matematika adalah bagian dari dirinya.
Hingga suatu ketika, sumpah sudah diambil dan setiap guru mengambil gulungan kertas untuk mengetahui lokasi para guru mengabdi. Penuh intrik, Desi mendapatkan tempat di Tanjong Hampar. Sebuah tempat yang dia sendiri tidak tahu di mana lokasinya.
Menjadi alur yang menarik bagaimana Desi mengabdi menjadi guru di suatu pulau yang pendidikannya rendah. Terlebih sosok perempuan ini mengemban tugas sebagai guru matematika. Pelajaran yang menjadi momok bagi sebagian siswa.
Segala perjalanan panjangnya tertutur dengan rapi dan rinci di sini. Kejutan demi kejutan Desi hadapi. Tidak semua rencana sesuai dengan bayangannya. Justru itulah bumbu-bumbu yang membuncah pada ceritanya.
Bagaimana perjalanan Desi? Menarik untuk dibaca secara tuntas novel ini. Sebelumnya, saya sedikit sertakan beberapa kutipan dari Novel Guru Aini yang menurut saya menarik untuk ditulis sebagai pengantar rasa penasaran kalian.
Membaca novel ini, sebaiknya kalian sudah membaca novel Orang-Orang Biasa, karena ini adalah prekuelnya. Artinya, cerita pada novel Guru Aini adalah awalan dari cerita novel sebelumnya. Ini poin utamanya.
Saya sudah membaca Novel Orang-Orang Biasa. Bahkan saya menilai cerita pada novel tersebut terlalu cepat, serta ceritanya tidak detail. Nyatanya, Andrea Hirata menjawab cerita yang singkat dan terkesan cepat itu detail pada novel Guru Aini.
Ya, Novel ini menjadi salah satu cerita panjang di novel sebelumnya, khususnya di bagian pendidikan. Tentu bayangan kalian diingatkan pada Sobri, Dinah, serta gerombolannya yang sering duduk di meja paling belakang. Di novel ini semuanya terkuat dengan runtut.
Cerita-cerita yang dirasa kurang lengkap pada Orang-Orang Biasa dituturkan dengan lebih detail di novel ini. Ketika kita membaca Guru Aini. Imajinasi kita diuji dengan mengingat alur-alur tersebut pada novel sebelumnya.
Andrea Hirata ulung dalam hal menggabungkan cerita. Membuat inovasi dalam percakapan dengan dengan satu irama meski berbeda. Atau menjabarkan suatu angka dengan uraian kalimat panjang. Seperti membaca novel pelajaran matematika.
Pada bagian sampul Novel Guru Aini cukup membuat orang penasaran dengan sepasang sepatu yang sekilas mirip sepatu Adidas. Tiga garis berjajar yang pastinya kita bayangkan ke merek sepatu tersebut. Sedikit saya bocorkan. Ini sebuah makna mendalam. Ketika kalian baca novelnya, pasti nanti paham.
Seperti yang tertera pada halaman awal. Semua cerita ini Andrea Hirata dedikasikan untuk Bu Guru Marlis. Sosok yang menjadi inspirasi dalam membuat novel dan mempertegas tokoh pada cerita yang beliau ciptakan.
Selain itu, Andrea Hirata juga menampilkan obrolan-obrolan khas Melayu, pun dengan komedi kala berbincang. Terkadang rasanya seperti ironi tapi penuh kelucuan. Pun dengan sentilan kepada negara ataupun pemerintah.
Oya, sampai hampir lupa. Di sini Andrea Hirata juga beberapa kali menuliskan kata “biduanita” ataupun “organ tunggal”. Kata-kata tersebut beberapa kali saya dapatkan pada novel sebelumnya. Menjadi menarik ketika ada kata biduanita muncul, otak saya langsung tebersit novel Andrea Hirata.
Angkat topi kepada Andrea Hirata atas Novel Guru Aini. Entah kenapa, saya merasa novel ini lebih baik daripada Orang-Orang Biasa. Mungkin karena ceritanya lebih fokus, tokohnya lebih sedikit, serta alurnya lebih detail dan runtut.
Jika saya baca hingga tuntas. Sepertinya bakal ada novelnya lagi yang masih berkaitan dengan Guru Aini dan Orang-Orang Biasa. Tebersit di pikiran saya tentang sekuel novel tersebut. Lebih ada perjuangan mencapai cita-cita seorang gadis kecil yang bergelar sebuah profesi.
Saya termasuk getol membeli karya Andrea Hirata secara pre order. Tanpa menunggu waktu lama. Bergegas saya menekan tautan di WA. Lantas diarahkan pada keranjang situs buku. Dari histori, tertera beberapa item judul buku yang sudah saya beli di beberapa tahun terakhir.
Tepat di peralihan bulan, novel tersebut sudah dikirimkan ke saya. Sesuai dengan ketentuan di awal. Bulan Februari novel Guru Aini sudah di meja kerja. Saya membuka dan membaca. Hingga akhirnya novel tersebut tuntas saya baca di pertengahan minggu pertama di bulan Februari.
*****
Judul: Guru Aini
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
No ISBN: 987-602-291-686-4
Tahun Terbit: Februari 2020
Halaman: xii + 336
Kategori: Fiksi Indonesia
Membaca Novel Guru Aini Karya Andrea Hirata |
Guru Aini – Prekuel Novel Orang-Orang Biasa
Menjadi guru matematika adalah cita-cita Desi sejak kecil. Berbagai banyak godaan yang lain, tak membuat dia bergeming. Bahkan, menjadikan dia semakin yakin jika matematika adalah bagian dari dirinya.
Hingga suatu ketika, sumpah sudah diambil dan setiap guru mengambil gulungan kertas untuk mengetahui lokasi para guru mengabdi. Penuh intrik, Desi mendapatkan tempat di Tanjong Hampar. Sebuah tempat yang dia sendiri tidak tahu di mana lokasinya.
Menjadi alur yang menarik bagaimana Desi mengabdi menjadi guru di suatu pulau yang pendidikannya rendah. Terlebih sosok perempuan ini mengemban tugas sebagai guru matematika. Pelajaran yang menjadi momok bagi sebagian siswa.
Segala perjalanan panjangnya tertutur dengan rapi dan rinci di sini. Kejutan demi kejutan Desi hadapi. Tidak semua rencana sesuai dengan bayangannya. Justru itulah bumbu-bumbu yang membuncah pada ceritanya.
Bagaimana perjalanan Desi? Menarik untuk dibaca secara tuntas novel ini. Sebelumnya, saya sedikit sertakan beberapa kutipan dari Novel Guru Aini yang menurut saya menarik untuk ditulis sebagai pengantar rasa penasaran kalian.
“Tanpa idealisme, matematika akan menjadi lembah kematian pendidikan – Halaman 53”
“Dapat belajar matematika dari ibu adalah kesempatan terbaik yang pernah kudapatkan dalam hidupku, Bu. Aku tak ingin belajar matematika pada orang lain – Halaman 142”
“Di mana ada gerakan, di situ ada matematika. Di mana ada kegembiraan, di situ ada matematika. Di mana ada kesedihan, di situ juga ada matematika. Kau adalah matematika yang paling menyedihkan, Nong! – Halaman 170”
“Kalkulus itu duta besar matematika di kerajaan fisika, Anissa. Kalkulus bak laut bagi perahu, bak angin bagi awan, bak tarian bagi tamborin – Halaman 204.”
*****
Novel Guru Aini Karya Andrea Hirata sudah di tangan |
Komitmen, Dedikasi, dan Perjuangan Meraih Cita-Cita
Saya sudah membaca Novel Orang-Orang Biasa. Bahkan saya menilai cerita pada novel tersebut terlalu cepat, serta ceritanya tidak detail. Nyatanya, Andrea Hirata menjawab cerita yang singkat dan terkesan cepat itu detail pada novel Guru Aini.
Ya, Novel ini menjadi salah satu cerita panjang di novel sebelumnya, khususnya di bagian pendidikan. Tentu bayangan kalian diingatkan pada Sobri, Dinah, serta gerombolannya yang sering duduk di meja paling belakang. Di novel ini semuanya terkuat dengan runtut.
Cerita-cerita yang dirasa kurang lengkap pada Orang-Orang Biasa dituturkan dengan lebih detail di novel ini. Ketika kita membaca Guru Aini. Imajinasi kita diuji dengan mengingat alur-alur tersebut pada novel sebelumnya.
Andrea Hirata ulung dalam hal menggabungkan cerita. Membuat inovasi dalam percakapan dengan dengan satu irama meski berbeda. Atau menjabarkan suatu angka dengan uraian kalimat panjang. Seperti membaca novel pelajaran matematika.
Pada bagian sampul Novel Guru Aini cukup membuat orang penasaran dengan sepasang sepatu yang sekilas mirip sepatu Adidas. Tiga garis berjajar yang pastinya kita bayangkan ke merek sepatu tersebut. Sedikit saya bocorkan. Ini sebuah makna mendalam. Ketika kalian baca novelnya, pasti nanti paham.
Seperti yang tertera pada halaman awal. Semua cerita ini Andrea Hirata dedikasikan untuk Bu Guru Marlis. Sosok yang menjadi inspirasi dalam membuat novel dan mempertegas tokoh pada cerita yang beliau ciptakan.
Selain itu, Andrea Hirata juga menampilkan obrolan-obrolan khas Melayu, pun dengan komedi kala berbincang. Terkadang rasanya seperti ironi tapi penuh kelucuan. Pun dengan sentilan kepada negara ataupun pemerintah.
Oya, sampai hampir lupa. Di sini Andrea Hirata juga beberapa kali menuliskan kata “biduanita” ataupun “organ tunggal”. Kata-kata tersebut beberapa kali saya dapatkan pada novel sebelumnya. Menjadi menarik ketika ada kata biduanita muncul, otak saya langsung tebersit novel Andrea Hirata.
Angkat topi kepada Andrea Hirata atas Novel Guru Aini. Entah kenapa, saya merasa novel ini lebih baik daripada Orang-Orang Biasa. Mungkin karena ceritanya lebih fokus, tokohnya lebih sedikit, serta alurnya lebih detail dan runtut.
Jika saya baca hingga tuntas. Sepertinya bakal ada novelnya lagi yang masih berkaitan dengan Guru Aini dan Orang-Orang Biasa. Tebersit di pikiran saya tentang sekuel novel tersebut. Lebih ada perjuangan mencapai cita-cita seorang gadis kecil yang bergelar sebuah profesi.
4 Komentar
siapa saja tokohnya
BalasHapusSilakan baca bukunya :-)
Hapussaya kira buku ini menceritakan perjuangan Aini di Fakultas Kedokteran. Lantas, Aini bagaimana kisahnya? Apakah diceritakan juga?
BalasHapusIni lebih pada pengabdian seorang guru, kalau baca orang-orang biasa, mesti langsung paham dengan novel yang ini
Hapus