Belitung menjadi pulau yang sejak dulu ingin saya kunjungi. Hingga akhirnya tahun 2018 saya bisa menginjakkan kaki di tanah Laskar Pelangi. Layaknya wisatawan yang lainnya, saya mengikuti rute destinasi wisata pada umumnya. Berawal dari Replika Sekolah Laskar Pelangi, dan berakhir di Pantai Laskar Pelangi.
Tidak jauh dari Museum Kata milik Andrea Hirata, terdapat destinasi yang lainnya bisa dikunjungi, yakni Kampung Ahok. Popularitas Ahok ketika memimpin DKI Jakarta menjadikan kampungnya turut terkenal.
Sejak Ahok mulai dikenal secara umum, rumah beliau yang berlokasi di Gantong, Belitung Timur turut menyita perhatian para wisatawan. Tidak sedikit orang yang sekadar berhenti dan berfoto di rumah beliau.
Hingga akhirnya sekarang, di rumah Ahok terdapat sebuah galeri. Nama galerinya adalah Galeri Daun Simpor. Selain itu, di seberang rumah beliau juga terdapat bangunan serta tulisan besar Kampoeng Ahok. Lengkap dengan sebuah rumah.
Bangunan rumah di Kampung Ahok |
Saya melintasi kawasan kampung ini, di sisi jalan sudah ada beberapa bus yang berhenti. Tidak sedikit orang yang sedang swafoto di tulisan Kampoeng Ahok ataupun sekadar duduk santai di pepohonan yang lumayan rindang.
Mobil yang mengantarku keliling Belitung turut berhenti di tepian jalan. Beliau menawarkan apakah kau minat mengunjungi Rumah Ahok atau tidak. Mumpung masih di Belitung, saya mengangguk. Minimal saya bisa mengabadikan keramaian pengunjung.
Dua satpam berjaga di pintu gerbang. Rumah Ahok pun tak luput dari bidikan foto para wisatawan. Malah di dalam terdapat galeri yang bisa dikunjungi. Lokasi galeri sendiri berdampingan dengan rumah Ahok.
Saya menyusuri jalan halaman rumah besar menuju sisi kanan. Sebuah plang petunjuk arah galeri menjadi penanda tempat ini tidak jauh lagi dari lokasi. Sebuah kandang sapi pun tampak jelas di dekat rerimbunan tumbuhan.
Memasuki Galeri Daun Simpor |
Bangunan beratapkan asbes ini cukup ramai pengunjung. Berbagai koleksi batik, kaus, dan pernak-pernik tertata rapi. Berkali-kali pelayan galeri hilir-mudik menyapa pengunjung. Saya sendiri melihat koleksi yang terpajang.
Tiap helai kain batik mempunyai motif yang beragam dengan warna cerah. Menurut informasi dari pelayan, rata-rata motif batik di Bangka ini, khususnya di Galeri Simpor adalah motif daun Simpor. Sesuai dengan nama galerinya.
Bagi orang Belitung Timur, daun Simpor adalah daun yang sudah familiar. Berbeda dengan saya yang dari Jawa. Daun Simpor ini ternyata biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk membungkus lontong.
Menariknya, di sini juga memanfaatkan daun simpor yang lebar ini sebagai pembungkus makanan. Jika tidak salah, fungsinya mirip dengan daun Pisang pada umumnya. Bahkan ada yang menjadikan daun ini dalam penyajian mie Belitung.
Batik memang sudah menyebark ke segala penjuru di Indonesia. Tiap-tiap daerah mempunyai kain batik dengan motif beragam. Motif yang diambil untuk batik biasanya memang tidak jauh-jauh dari ciri khas daerah setempat.
Berbagai motif batik di Galeri Daun Simpor |
Saya pernah main ke Gedangsari di Gunungkidul, warga setempat di sana juga membuat batik dengan motif dedaunan yang ada di sekitar kampungnya. Ide-ide dalam membuat motif batik melekat dengan keseharian penduduknya.
Satu helai kain bermotif daun Simpor harganya mirip-mirip dengan batik di Jawa. Tentu setiap hasil karya kain mempunyai nilai harga yang tidak murah. Saya sendiri hanya sekadar melihat motifnya.
Di satu sisi, berbagai koleksi kaus menggoda. Banyak juga koleksi kaus yang terpajang. Saya kembali memilah-milah berbagai kaus tersebut. Siapa tahu ada yang menarik untuk diambil. Pun dengan topi dan aksesoris yang lainnya.
Ada banyak kaus yang bisa dibeli. Cukup beragam pula ukuran yang disediakan. Saya masih setia melihat koleksi kaus. Sesekali melirik harga yang tertera pada bagian dalamnya. Maklum, saya tipe orang yang jarang belanja tatkala bermain.
Kaus yang bisa dibeli saat main ke Belitung |
Petugas kasir sibuk melayani pembeli. Beberapa pengunjung sudah keluar-masuk untuk melihat berbagai koleksi dan membelinya. Berbagai bingkisan memang bagus untuk keluarga di rumah. Harga kausnya mengingatkan saya harga kaus Dagadu di Jogja.
Cukup lama saya di sini, menyempatkan diri mengambil konten dan memilah-milah aksesoris. Setelah itu saya kembali menuju mobil yang terparkir di tepian jalan. Saya ingin melanjutkan perjalanan menuju pantai-pantai indah di Tanah Laskar Pelangi
Menarik memang, dari tempat yang biasa, kampung Ahok ini menjadi tujuan wisatawan kala berkunjung ke Belitung. Semoga orang-orang di sekitar Kampung Ahok pun mendapatkan rezeki dari jualan minuman atau warung-warung kecil. *Belitung, 27 Oktober 2018
0 Komentar