Waktu masih dinihari, saya sudah bersiap menuju suatu tempat untuk menunggu sunrise. Punthuk Setumbu menjadi objek wisata yang menyajikan keindahan kala pagi. Sejak semalam obrolan di rumah warga tidak jauh-jauh dari keindahan mentari pagi di sana.
Sudah beberapa kali saya main ke Punthuk Setumbu, hanya saja waktu itu datang ke sana siang hari. Sebenarnya waktu yang tepat berkunjung ke sini adalah menjelang pagi. Banyak wisatawan yang rela bangun dinihari untuk sampai di sini.
Mobil sudah siap, kami bergegas menuju lokasi. Sedari kemarin, saya beraktivitas di desa wisata sekitar Borobudur. Mulai dari bersepeda, membatik, bermain gamelan, hingga interaksi dengan warga setempat.
Sampai di parkiran Punthuk Setumbu, mobil sudah ramai. Saya menunggu waktu salat subuh. Turut antre dengan rombongan yang lainnya. Teman-teman rombongan sebagian sudah naik, mereka meninggalkan tiket pembayaran.
Terakhir ke Punthuk Setumbu jalan sudah seperti ini bagusnya. Hanya saja di atas masih tanah liat. Usai salat, saya sedikit berlari menuju atas. Di atas sudah ramai, dan tempatnya jauh lebih tertata. Tidak lagi tanah liat, namun sudah dibalur semen lantainya.
Wisatawan yang menunggu sunrise di Punthuk Setumbu, Magelang |
Tidak ada tempat yang luang di dekat pagar pembatas. Semuanya sudah dipenuhi wisatawan yang menunggu sunrise. Konon, sunrise di Punthuk Setumbu adalah salah satu pemandangan yang indah untuk diabadikan.
Saya bergabung dengan rombongan. Kami menunggu mentari terbit sembari duduk di tangga yang menghadap ke timur. Di depan, pengunjung yang lain sudah berdiri. Mereka tidak mau meninggalkan tempatnya agar tidak terebut pengunjung yang lainnya.
Kamera yang sedari awal hanya tergelantung mulai saya hidupkan. Sayangnya lensa yang terpasang kotor karena jamur. Kesalahan saya selama ini adalah tidak bisa merawat kamera dengan baik. Sehingga,dua lensa bawaan berjamur semua.
Langit mendung, tidak terlihat Gunung Merapi dan Merbabu yang biasa tampak gagah menyapa. Hanya ada balutan awan putih, sedikit menggumpal berwarna gelap. Semburat cahaya menandakan mentari tidak sepenuhnya bisa terlihat.
“Sepertinya gagal sunrise-an,” Saya sedikit mengeluh.
Semburat cahaya matahari kala pagi |
Kenyataannya memang begitu. Mendung menggelayut, tidak tampak keindahan sunrise yang biasanya bertebaran di linimasa media sosial. Tidak hanya saya, tentu pengunjung yang lainnya juga mengeluhkan hal yang sama.
Kabut kapas menggumpal jauh di sisi timur. Menutupi siluet Candi Borobudur nun jauh di sana. Sejatinya, keindahan sunrise di Punthuk Setumbu ini didukung lanskap keindahan alamnya. Termasuk objek Candi Borobudur.
Sekali dua kali saya membidik bentangan lanskap di sini. Candi Borobudur menjadi objek yang wajib diabadikan. Rona jingga nun jauh di ujung sana menjadi pemanis. Kabut tebal menggelayut sebagai bingkai. Saya tetap mengabadikan.
Harapan saya, mendung ini lekas berlalu, sehingga saya bisa melihat baskara yang menyapa. Cukup lama kami menanti, sepertinya tidak ada tanda-tanda sang mentari bakal terlihat. Sebaliknya, mendung semakin pekat.
Pengunjung Punthuk Setumbu masih setia. Meski tahu tidak bakal mendapatkan pemandangan indah kala pagi, pengunjung malah tambah ramai. Mereka menjelajah sudut-sudut tempat di sini. Ada yang sekadar swafoto menggunakan gawai, ada pula yang duduk santai.
“Nanti saja turunnya bareng yang lainnya,” Ujar pemandu yang membawa rombongan kami.
Ya, saya di sini memang membawa delapan mahasiswa internasional. Kami juga menyertakan tiga pemandu lokal untuk mengurusi kegiatan selama dua hari. Jadi, tugas saya di sini hanya sebagai jurufoto.
Terlepas mendung, rombongan kami tetap riang. Mereka meminta untuk berfoto di sini. Sesekali saya foto candid, nantinya semua foto ini saya bagikan kepada mereka setelah sampai di Jogja. Sebuah tugas yang wajib saya lakukan.
Candi Borobudur dari Punthuk Setumbu Magelang |
Lensa kamera saya ganti yang satunya. Tujuannya untuk membidik Candi Borobudur di tengah kabut. Hasilnya memang jauh dari kata bagus. Penting ada dokumentasi dan bisa untuk bahan tulisan blog.
Berkali-kali saya mengabadikan candi Borobudur. Ada banyak foto yang saya dapatkan hari ini. Kami duduk lesehan sembari merencanakan perjalanan setelah ini. Masih ada agenda yang lain, yakni berkunjung ke Gereja Burung dan souvenir pensil.
Tiba-tiba hujan deras mengguyur. Sontak para pengunjung berhamburan mencari tempat berteduh. Di atas, hanya ada beberapa bangunan kecil yang bisa untuk berteduh. Selebihnya adalah warung warga yang agak di bawah.
Kami berdesakan dengan pengunjung yang lainnya. Hingga akhirnya tiga pemandu lokal yang mengurusi kami membawa beberapa payung. Secara bergantian, kami turun menuju parkiran. Intensitas hujan menurun, kali ini gerimis.
Saya langsung tancap gas sedikit berlari menuju tempat parkir. Di bawah, saya menunggu rombongan yang lainnya turun. Waktunya menyesap kopi dari warung warga yang ada di dekat gerbang masuk jalur anak tangga.
Ya, untuk sementara saya belum bisa melihat keindahan Golden Sunrise di Punthuk Setumbu. Di waktu mendatang, saya harus kembali datang ke sini. Tentu pada saat cuaca benar-benar baik, sehingga keindahan sunrise di sini bisa tersajikan. *Punthuk Setumbu; Minggu, 11 Maret 2018
0 Komentar