Ticker

6/recent/ticker-posts

Resensi Novel Pulang – Pergi Karya Tere Liye

Novel Pulang-Pergi Karya Tere Liye
Novel Pulang-Pergi Karya Tere Liye


Judul: Pulang-Pergi

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Sabak Grip Nusantara

ISBN: 978-632-95545-2-1

Genre: Fiksi, Action

Bujang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Si Babi Hutan tidak mengira pada akhirnya harus bertunangan dengan Maria (Anaknya Otets), penguasa Shadow Economy dari Rusia. Kegalauan Bujang dicurahkawan pada gundukan makam di talang.

Berbagai pesan sudah disampaikan Otets melalui orang kepercayaannya, sehingga di manapun Bujang berada, tetap saja Otets tahu lokasinya. Bahkan, kali ini adalah pesan terakhir. Sehingga mau tidak mau, dia harus menuju Rusia bersama sejawatnya Sangola dan anak didiknya Junior.

Perjalanan untuk menunda pertunangan dan memenuhi undangan Otets berjalan cukup lancar. Hanya saja, di sini Bujang mendapat kabar mengagetkan. Usaha mengajak Sangola untuk mengundurkan pernikahan malah dipercepat atas permintaan Otets.

Persiapan pernikahan Bujang dan Maria cukup meriah, sehingga Otets pun mengganti tempat yang berbeda. Dipilihnya sebuah kastil megah di Saints Petersburg. Bujang tidak bisa mengelak, pada akhirnya menuruti permintaan Otets.

Peristiwa besar terjadi tepat pada malam pernikahan. Di sinilah konflik dimulai. Peperangan terjadi dan membuat Bujang beserta kawan-kawannya seperti buruan. Selama berhari-hari mereka harus menghindari pembunuh bayaran.

Bagaimana kelanjutannya? Siapakah yang memburu Bujang, Maria, dan Sangola dengan imbalan yang mahal? Apa hubungannya mereka dengan Black Widow? Serta pertanyaan maupun kejutan apa lagi yang ada di cerita ini? Menarik untuk kalian baca.

“Kau keliru, kawan. Aku tidak pernah pergi, maka bagaimana aku akan kembali? Hidupku tidak serumit hidupmu. Pulang. Kemudian Pergi. Lantas Pulang-Pergi. Rumit sekali hidupmu, Bujang – halaman 155”

“Kami memilih mengurus hidup sendiri, dibanding mengurus hidup orang lain. Sepanjang orang lain baik dan sopan kepada kami, maka kami juga baik dan sopan kepada mereka – halaman 337”

*****
Membaca novel Pulang-Pergi
Membaca novel Pulang-Pergi


Perang dan Komitmen Persahabatan Menjadi Keluarga

Sekian lama saya sudah tidak membaca novel Tere Liye. Terakhir novel yang saya baca adalah Rindu. Pada akhirnya, saya mendapatkan novel karya Tere Liye dari sejawat bloger yang memberi bingkisan dua buku.

Sebelum mengulas lebih jauh, novel Pulang-Pergi adalah lanjutan dari Pergi. Lebih baik membaca novel sebelumnya agar paham alurnya. Saya merekomendasikan seperti itu agar tidak menerka-nerka seperti awal saya membaca.

Tere Liye menyajikan peperangan penuh. Berbagai konflik perang dengan peralatan super canggih tersaji. Peperangan ini terjadi di negara sempalan Uni Soviet. Ciri khas perang di sini adalah dengan senjata berat.

Pesan tersirat dari sini adalah bagaimana pertemuan sebentar bisa berubah menjadi keluarga. Orang-orang yang mempunyai nasib sama bersatu untuk saling membantu. Tak ada pamrih. Dari kawan menjadi saudara. Begitulah yang terjadi.

Taktik peperangan tak melulu bombardir senjata canggih. Bagaimana taktik jitu tersaji, pun dengan berbagai kemampuan yang tak bisa dinalar. Peperangan tak hanya menguras tenaga, juga menguras emosi dan penuh strategi mendalam.

Saya cukup menikmati bacaan novel fiksi Tere Liye Pulang-Pergi. Meski pada dasarnya saya tertinggal jauh tak mengikuti lagi bukunya, tapi cukup bisa asyik kala menysuri alur cerita. Rasanya begitu cepat untuk selesai.

Sepanjang cerita memang dominan peperangan, pelarian, dan sedikit berselancar ke negara sempalan Uni Soviet. Beberapa kota tersebut dengan tambahan informasi terkait kota tersebut. Novel ini menarik untuk dibaca para pecinta cerita aksi.

Kejutan demi kejutan tersaji, bagaimana sosok orang yang mungkin awalnya hanya diam tapi cekatan. Atau orang yang terlihat biasa ternyata mempunyai banyak ahli. Di sini juga ada sisi humor, celetukan-celetukan yang kadang tak tepat waktunya. Pada akhirnya, peperangan itu bukan hanya terkait penguasa shadow economy, tapi ada yang lain.

Perjalanan Bujang (Si Babi Hutan) tidak berhenti di sini. Peperangan di sempalan negara Uni Soviet memang sudah berakhir, tapi masih ada babak baru. Perjalanan panjang ini bakal diteruskan Tere Liye pada novel berjudul Bedebah di Ujung Tanduk. Selamat membaca sekaligus menunggu kelanjutannya.

Posting Komentar

0 Komentar